Search

22.11.14

Koin dan Mesin Permainan

Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman
2 Timotius 1:9

Saat masih kecil, adik saya sangat suka ketika kami jalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan dan dia tiba-tiba pergi menghilang ke sebuah area permainan khusus anak-anak yang lengkap dengan berbagai macam mesin permainan. Mesin permainan itu hanya akan berfungsi jika kita memasukkan koin di dalamnya. Adik saya senang sekali melihat orang-orang lain bermain dengan mesin permainan tersebut. Nampaknya ia sebenarnya ingin ikut bermain, namun ia tidak punya cukup koin untuk bermain. Sehingga ia hanya menonton mereka bermain.

Ada beberapa orang yang meninggalkan mesin permainan tersebut sebelum waktunya atau sebelum permainan tersebut berakhir, entah dengan alasan apa. Dengan sigap adik saya berlari menuju mesin tersebut dan melanjutkannya bermain hingga permainan tersebut berakhir. Ia tampak begitu gembira karena setelah itu ia mendapatkan beberapa tiket yang keluar dari mesin tersebut sesuai dengan jumlah score yang didapat. Tiket tersebut ia kumpulkan dan ditukar dengan hadiah-hadiah yang ia sukai.

Aku tertawa jika mengingat hal itu. Namun jika dipikir-pikir, hidup kita juga seperti itu. Sebenarnya kita tidak layak menerima keselamatan, atau bahkan mengenal Tuhan dan berkomunikasi dengan Tuhan sedekat seorang ayah dan seorang anak. Kita adalah orang berdosa yang seharusnya mati dan dihukum. Namun, ada seorang Juruselamat yang rela mengorbankan nyawaNya dan menyediakan diriNya untuk kita dapat berlari mendekat kepadaNya, serta memberikan tiket keselamatan yang tidak ternilai harganya. Hidup yang kita hidupi hari lepas hari hanyalah sebatas kasih karunia dan anugerah: sebuah hadiah yang seharusnya tidak kita terima, sebuah hadiah yang diberikan bukan karena kita layak menerimanya, namun hanya karena kebaikan dan kasih sang pemberi. Bagaimana kita memakai dan mengisi hidup kita selama ini?

No comments:

Post a Comment