Search

15.11.09

Jatuh Cinta

“Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" (Lukas 24:32)

Waktu saya mulai jatuh cinta terhadap pasangan saya, hidup saya sepertinya terasa lebih “hidup”. Saya bergairah mengerjakan setiap kegiatan saya, karena saya selalu memikirkan dia setiap saat. Itu menolong saya untuk tetap merasa dekat dengannya, walaupun saat itu saya sedang tidak bersama atau berada di dekat dia, karena saya selalu ‘melibatkan’ dia dalam setiap kegiatan yang saya lakukan. Saya selalu menunggu2 waktu di mana saya akan bertemu dengannya untuk ngobrol dan share tentang kehidupan kami masing-masing. Dalam perjalanannya, kami semakin mengenal satu sama lain, dan setiap hal yang terjadi dalam hubungan kami menjadi suatu pengalaman yang baru. Semua itu membuat saya bergairah karena ada sesuatu dari dalam diri saya yang mendorong saya untuk menjalani hidup dengan penuh semangat. Cinta.

Begitulah pula dengan kehidupan kita. Pernah melihat seseorang yang sepertinya selalu bersemangat untuk Tuhan tanpa kenal lelah? Mari kita lihat hidup Paulus. Apa yang membuat Paulus seperti itu? Ada sesuatu yang mendorong dia untuk selalu bergairah untuk Tuhan. Roh Kudus di dalam hatinya. Ia akan dengan bergairah menjalani kehidupannya karena semakin hari ia semakin mengenal kehendak Tuhan dalam hidupnya dan kehidupannya menjadi maksimal karena ia mengalami Tuhan dalam aktivitasnya sehari-hari.

Apa yang terjadi ketika Roh Kudus tinggal diam di dalam hati kita? Ia bukan hanya akan menolong kita, namun terlebih lagi, hidup kita akan penuh dengan urapan Allah, dan apapun yang kita lakukan tidak akan pernah menjadi sia-sia. Sahabat, apakah urapan Roh Allah masih ada dalam hidup kita hari-hari ini?

[X.T.C]

“...dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing... Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,...” (Kisah Para Rasul 2:44-46)

Pernah melihat tanda tersebut (XTC) pada dinding tembok di pinggir-pinggir jalan? Geng ini adalah geng yang cukup terkenal di kota Bandung. Hal ini dapat dilihat dari tanda yang tertera di mana-mana: tembok pinggir jalan, tiang rumah, pagar besi, bahkan dinding tripleks pada warung-warung kecil. Dilihat dari sisi positifnya, ada yang menarik dari geng ini. Seorang teman bercerita, sebelum ia bertobat, ia adalah salah satu anggota yang tergabung dalam geng ini. Dan ia bercerita, betapa kompak dan solidernya mereka di antara sesama anggota geng ini. Loyalitas dan kebanggan menjadi anggota geng ini sangat tinggi. Sehingga bahkan, walaupun mereka tidak saling mengenal baik (karena jumlah anggota yang cukup banyak), mereka siap membantu ketika ada salah satu anggota dari mereka “diserang” oleh geng lainnya.

Cerita tersebut terkadang mengingatkan saya akan satu hal. Bagaimana dengan komunitas yang Tuhan percayakan dalam hidup kita? Apakah kita cukup peduli dengan mereka? Jangankan peduli. Bahkan, apakah kita tahu ketika ada salah satu anggota “keluarga” kita dalam komunitas sel sedang mengalami masalah, pergumulan, atau sakit penyakit?

XTC, yang seringkali dicap masyarakat sebagai sebuah komunitas yang destruktif dan tidak membangun, saja memiliki rasa kekeluargaan yang begitu dalam. Bagaimana dengan kita? Pernahkah kita selama ini mensyukuri komunitas sel yang telah Tuhan tetapkan untuk pertumbuhan iman, kerohanian, dan karakter kita?

Perhatikan cara hidup jemaat mula-mula. Mereka saling mengasihi dan peduli satu sama lain karena ada kasih Kristus dalam hidup mereka dan dalam komunitas tersebut. Mari nyatakan kasih Kristus dan ciptakan kasih persaudaraan antarteman seiman dan seperjuangan yang selama ini telah mendukung dan menguatkan kita untuk tetap bertumbuh di dalam pengenalan akan Tuhan, sehingga kasih Kristus bisa terwujud nyata dalam hidup kita.

Makna Natal

Setiap kali saya inget kata “Natal”, saya bersyukur lagi, bahwa Allah yang begitu besar, dengan semua kedaulatan dan kekuasaanNya, rela berubah wujud jadi manusia biasa dan lahir di sebuah kandang domba yang kotor dan bau. Saya diingetin lagi, untuk apa Ia “harus” turun ke dunia. Cuma buat nyelamatin kita loh, yang waktu itu malah blm lahir dan kenal siapa itu Tuhan, dan masih berdosa.

Tapi kita liat sekarang, makna Natal uda mulai di-blur-in sama liburan, pesta perayaan yang cenderung hedon(isme-red), diskon gede-gedean di toko-toko, baju baru, topi Santa, simbol-simbol sinterklaus , tradisi pohon natal beserta hiasan-hiasannya, dan kado-kado natal yang ditaro di bawahnya. Hei! Natal seharusnya lebih dari itu. Natal adalah waktu kita ngerenungin lagi, seberapa besar “hadiah” yang udah kita kasih buat Tuhan. Apa cuma dua jam setiap hari Minggu di gereja? Atau cuma pelayanan setiap minggu di gereja?

Tau ga, hadiah terindah yang bakal bikin Tuhan seneng banget itu apa? Hadiah itu berupa ego dan hak bebas kita untuk menentukan hidup dan masa depan kita sendiri. Akan jadi hadiah yang paling indah, ketika kita kasih masa depan dan sisa hidup kita untuk kemuliaanNya.

Saya inget, waktu kecil, kalo uda mau Natal, saya berdoa minta maenan baru, baju baru, dan barang-barang lain yang saya inginkan. Seringkali kita juga seperti itu. Kita minta keluarga kita diberkati, minta pasangan hidup, minta kesehatan, dll. Kita terlalu sering meminta sesuatu yang seharusnya ga perlu kita minta lagi, karena Tuhan pasti kasih itu buat kita, asal kita mau serahin seluruh hidup kita sama Dia.

So, ayo inget-inget lagi. Apakah hidup kita uda kita serahin SEPENUHNYA ke dalam tanganNya? Sepenuhnya berarti SELURUH aspek hidup kita. Itu termasuk rencana masa depan kita, uang kita, studi kita, keluarga kita, pasangan hidup kita, dan apapun yang kita anggap penting dalam hidup kita.

Guys, apa kado yang mau kamu kasih buat Tuhan taun ini? =)

13.10.09

Melakukan Bagian Kita

“".. Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan akupun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku." Berfirmanlah TUHAN kepadanya:"Tetapi Akulah yang menyertai engkau..."” (Hakim-hakim 6:15-16)

Saya selalu ingat dengan kesaksian seorang teman tentang bagaimana Tuhan memakai dirinya untuk memenangkan seluruh isi keluarganya bagi Tuhan. Sebelum ia bertobat, ia hanyalah seorang anak paling bungsu yang tidak memiliki pengaruh apapun bagi keluarganya. Namun, sejak ia mengenal Tuhan dan hidupnya diubahkan, bahkan Tuhan memakainya untuk boleh membawa seluruh isi keluarganya kepada Tuhan, meskipun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ia selalu membawa seluruh keluarganya ke dalam doa malamnya setiap hari, mendoakan mereka satu persatu, menjadi berkat di tengah-tengah keluarganya, dan berusaha memperkenalkan mereka kepada Yesus Kristus.

Sejak ia mengenal Tuhan, kasih Bapa ada dalam hidupnya, sehingga ia dapat mengasihi keluarganya, karakternya yang buruk dan tempramental perlahan berubah menjadi serupa Kristus. Kehadirannya saat ini di tengah-tengah keluarganya benar-benar membawa suatu atmosfer kasih dan damai sejahtera Tuhan. Dari situlah, satu persatu dari anggota keluarganya juga ikut bertobat dan mengenal Kristus.

Tanpa altar call maupun doa dari seorang hamba Tuhan yang hebat, akhirnya kini seluruh anggota keluarganya mengenal dan melayani Kristus. Hanya doa sederhana dan penuh kerinduan dari seorang anak bungsu yang mungkin tak punya pengaruh besar dalam keluarganya. Sahabat NK, mungkin kita merasa bahwa kita bukanlah orang yang cukup berpengaruh dalam keluarga, bagaimana bisa kita memenangkan seluruh keluarga? Namun lewat kesaksian di atas, kita melihat bahwa hanya dengan campur tangan kuasa Tuhanlah yang mengubah kehidupan seseorang, bukan karena kehebatan kita. Bagian kita hanyalah mendoakan mereka, memperkenalkan mereka pada Kristus, dan memancarkan kasih Tuhan dalam kehidupan kita. Sisanya, biarkan Tuhan yang bekerja secara luar biasa dalam kehidupan keluarga kita.

Falling In Love with God

Setiap dari kita pasti uda ga asing lagi sama yang namanya “DOA”. Atau mungkin bahkan udah bosen dengernya. Tapi ironisnya, ga setiap dari kita yang menganggap doa itu sebuah gaya hidup. Bahkan mungkin masih ada dari kita yang berdoa hanya ketika kita “kepepet” ato lagi ada masalah dan kita ga tau lagi jalan keluarnya. Semua orang Kristen mungkin tau bahwa doa itu nafas hidup orang percaya. Tapi berapa dari kita yang tau apa maksudnya? Itu artinya bahwa doa adalah sebuah kebutuhan. Sama kaya klo kita ga makan, kita pasti mati. Jadi, doa seharusnya menjadi gaya hidup setiap orang Kristen.

Masalahnya, kadang kita merasa jenuh untuk berdoa. Merasa tidak mendapatkan apa-apa ketika berdoa. Berdoa itu bikin ngantuk dan membosankan. Iya ga sih? Jadi sebenernya, apa sih yang salah dari doa kita?

Waktu saya tanya Tuhan, Tuhan ingetin saya tentang pengalaman pribadi yang pernah saya alami. Waktu saya mulai jatuh cinta sama pasangan saya, hidup saya sepertinya terasa lebih “hidup”. Saya bergairah mengerjakan setiap kegiatan saya, karena saya selalu mikirin dia setiap saat. Itu menolong saya untuk tetep ngrasa deket sama dia, walaupun saat itu saya sedang tidak bersama ato di deket dia, karena saya selalu ‘melibatkan’ dia dalam setiap kegiatan yang saya lakukan. Saya selalu nunggu2 waktu di mana saya bakal ketemu dia buat ngobrol dan share tentang kehidupan kami masing-masing. Dalam perjalanannya, kami semakin mengenal satu sama lain, dan setiap hal yang terjadi dalam hubungan kami menjadi suatu pengalaman yang baru. Semua itu membuat saya bergairah karena saya mencintainya dan selalu menjaga rasa cinta yang mula-mula itu ada dalam hati saya.

Begitulah seharusnya kehidupan doa kita. Doa kita seharusnya menjadi sesuatu yang menggairahkan kita, ketika kita tetap bisa menjaga kasih yang mula-mula itu dalam hati kita. Sama seperti seseorang yang sedang jatuh cinta akan selalu menunggu-nunggu waktu untuk bertemu dengan kekasihnya, demikian juga dengan orang yang jatuh cinta setiap hari dengan Tuhan. Ia akan dengan bergairah menjalani kehidupannya karena semakin hari ia semakin mengenal kehendak Tuhan dalam hidupnya. karena percuma aja kalo kita sibuk melayani di gereja, tapi ketika kita telah kehilangan kasih kita yang mula-mula sama Tuhan. Itu semua akan menjadi sia-sia. (Wahyu 2:2-4)

Mungkin di antara kita ada yang sedang mengalami kehidupan doa yang kurang bergairah. Mari sama-sama kita minta lagi kasihNya yang mula-mula supaya kita “jatuh cinta” lagi sama Tuhan, dan kita bisa hidup sesuai apa yang menjadi kehendakNya dalam hidup kita sehingga hidup kita menjadi maksimal.

Guyz, jangan pernah berhenti berdoa. Karena doa adalah bentuk komunikasi kita dengan Tuhan. Dan Tuhan mau kasih tau kehendakNya dalam hidup kita. Dia rindu untuk bersekutu sama kita. Yuk, kita ngobrol sama Tuhan.. =)

22.9.09

Harta Karun

“Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.” (Lukas 7:38)

Pelayanan, sekali lagi, bukan hanya sebatas sebuah kegiatan rohani yang kita lakukan untuk Tuhan di gereja, bukan hanya sebatas sebuah kegiatan sosial yang kita lakukan untuk orang lain. Pelayanan bicara tentang hidup kita, apakah berkenan di hadapan Tuhan dan memuliakanNya.

Pelayanan yang terbaik bagi Tuhan adalah pelayanan yang didasari dengan sikap hati yang benar, yang mengasihi Tuhan, dan selalu ingin menyenangkan hatiNya. Pelayanan yang terbaik juga merupakan bukti penyerahan total hidup kita, untuk mengabdi (hidup) bagi Dia. Seperti wanita yang mengurapi Yesus, ia bahkan memecahkan buli-buli minyak yang harganya kira-kira setara dengan upah kerja tiga ratus hari seorang pekerja pada saat itu. Minyak wangi adalah simbol dari sesuatu hal yang berharga dalam hidup kita. Untuk memberikan pelayanan yang terbaik, wanita tersebut bahkan rela memberikan “harta”nya yang terbaik bagi Tuhan.

Sahabat, apakah yang menjadi “harta karun” kehidupan kita? Apakah itu pekerjaan kita, keluarga, teman-teman, hobi, atau hal yang lainnya? Maukah kita menyerahkan semuanya bagi Tuhan dan melayani Tuhan dengan “harta karun” tersebut sebagai persembahan yang terbaik bagiNya?

Mengaktifkan Kasih Agape

“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10)

Kita telah diselamatkan oleh kebenaran. Dan Tuhan telah menciptakan kita untuk hidup melayani Tuhan dan sesama kita. Ia telah memersiapkan suatu “pekerjaan baik” untuk kita dan Ia mau supaya kita hidup di dalamnya. Ketika kita menyadari fungsi kita adalah pelayan bagi Tuhan dan sesama kita, seharusnya kita menyadari satu hal ini: bahwa seorang pelayan tidak mementingkan kepentingannya sendiri, tetapi mendahulukan kepentingan orang lain. Jadi, Tuhan mau supaya kita tidak hidup hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk Tuhan dan untuk orang lain.

Untuk dapat hidup seperti itu, kita perlu sebuah pengikat dan dasar yang kuat, yaitu kasih agape. Kasih agape adalah kasih yang Tuhan tunjukkan kepada manusia. Kasih yang tidak mengharapkan imbalan, tanpa syarat, dan tulus. Kasih agape tidak egois, ia juga tidak mencari penghargaan dan pengakuan atas tindakan kasih yang dilakukannya dari orang lain. Kasih agape tidak memikirkan dirinya sendiri, namun selalu memberi kepada orang lain. Kasih agape sudah ada dalam diri setiap orang percaya, namun ia perlu diaktifkan dan dilatih setiap hari dengan menghadapi setiap kekurangan dan kelemahan manusia. Kasih itu panjang sabar. Ia baru muncul kalau ada orang yang membuat kita tidak sabar. Kasih itu murat hati. Ia baru muncul kalau ada seseorang yang perlu kita ampuni. Dan lain sebagainya.

Jika kita masing-masing tahu bahwa hidup kita telah dirancang oleh Tuhan untuk melayani, bukan hanya dilayani, dan kasih agape itu telah diaktifkan di dalam kita, pelayanan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari kita akan menjadi ekselen karena kita ingin menyenangkan Tuhan.

Bertekun Dalam Janji BerkatNya

“..., sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkanNya....”
(Ulangan 8:18)

Facebook. Siapa yang kini tak kenal dengan situs jejaring sosial tersebut. Bahkan kini pamornya di Indonesia mengalahkan situs pendahulunya, Friendster. Pada awalnya, situs ini sebenarnya dibuat sebagai situs jaringan pertemanan terbatas di kalangan kampus Harvard. Penggagas ide situs ini muncul dari seorang pria berumur 25 tahun yang bernama Mark Zuckerberg. Nama ‘facebook’ ia ambil dari buku Facebook, yang berisi daftar anggota komunitas dalam satu kampus dan diberikan kepada mahasiswa atau staf fakultas yang baru agar bisa lebih mengenal orang lain di kampus bersangkutan.

Mark, yang hobi mengotak-atik program pembuatan website dari kamar asramanya, menggarap proyeknya secara serius dan tekun. Hanya dalam waktu sekitar dua minggu, Facebook telah mampu menjaring dua per tiga lebih mahasiswa Harvard sebagai anggota tetap. Bukan hanya itu, Mark pun mengembangkan inovasinya sehingga situs yang ia buat memiliki nilai lebih dari situs pertemanan lainnya. Hasilnya, hingga akhir Februari 2009, pengguna account Facebook telah mencapai angka 150 juta orang. Penghargaan terakhir diterima Mark adalah dari World Economic Forum (WEF) dan termasuk 230 orang yang dianggap berpengaruh bagi dunia sebagai Young Global Leaders 2009.

Sebagian dari kita mungkin berpikir memang ada orang-orang yang dilahirkan untuk sukses dan memiliki segudang prestasi dalam hidupnya. Namun orang yang tak mengenal kebenaran pun tahu, kunci untuk hidup berprestasi adalah ketekunan dan kerja keras. Apalagi kita yang telah mengerti kebenaran. Tuhan menyatakan janji dan berkatNya bagi orang yang mengandalkan Tuhan dalam kehidupannya. Jadi kuncinya, andalkan Tuhan, dan milikilah ketekunan untuk terus berusaha.

TAK ADA KETEKUNAN YANG TAK MEMBAWA HASIL.

Membuat Allah Tersenyum

“Engkau telah menciptakan segala sesuatu, dan bagi kesenanganMu semuanya itu ada dan diciptakan.” (Wahyu 4:11 NLT—New Living Translation)

Salah satu film favorit saya saat kecil adalah film kolosal yang bercerita tentang kehidupan kerajaan di negeri Cina. Satu hal yang saya pelajari dari film tersebut adalah adegan di mana seluruh isi kerajaan tersebut, entah itu dayang, selir, pembawa pesan, atau bahkan putri dan pangerannya, menyembah Sang Raja dengan penuh hormat. Apapun yang sedang dilakukan, ketika Sang Raja lewat di depan mereka, mereka langsung menghentikan pekerjaan mereka, dan sembah sujud ke hadapan Sang Raja. Seolah-olah mereka sangat menghormati raja mereka dan apapun yang mereka lakukan dalam istana tersebut, semuanya untuk kepentingan Sang Raja dan untuk menyenangkan hati Sang Raja.

Begitu pula dengan kita. Pada saat kita dilahirkan ke dunia, Allah ingin kita hidup, dan kelahiran kita memberiNya kesenangan besar. Allah sebenarnya tidak perlu menciptakan kita, namun Dia memilih untuk menciptakan kita demi kesenanganNya sendiri, untuk kepentinganNya, untuk kemuliaanNya, dan untuk tujuanNya. Itu sebabnya penyembahan kita kepada Tuhan, bukanlah untuk kepentingan dan kesenangan kita, tapi untuk kepentingan dan kesenangan Allah sendiri.

Penyembahan, sekali lagi, bukan soal musik dan tidak ada kaitannya dengan gaya atau volume atau kecepatan lagu. Penyembahan adalah tentang mendatangkan kesenangan bagi Allah. Jadi, apapun yang kita lakukan untuk kemuliaanNya – bekerja, belajar, melayani di gereja, melakukan pekerjaan rumah tangga – dengan penuh kesadaran akan kehadiranNya setiap waktu dalam hidup kita, kita sedang menyembahNya dengan cara yang Ia inginkan.

15.5.09

Kesibukan Bukan Penghalang

“Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! ... Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.” (Roma 12:9-10)

Sebagai anak, dulu saya seringkali mengeluh mengapa orang tua saya selalu sibuk dengan urusan pekerjaannya, sehingga tak banyak waktu yang mereka luangkan untuk kami, anak-anaknya. Tak jarang pula saya jadi mulai kurang peduli dengan keadaan keluarga kami. Tak banyak cerita yang saya bagikan untuk mereka, komunikasi pun seperlunya, bahkan cenderung jika ada maunya. Ketika saya pulang dari berbagai aktivitas saya di siang atau sore hari, seringkali saya tidak mendapatkan mereka berada di rumah. Mereka baru pulang larut malam, pada saat beberapa saatnya lagi saya harus tidur.

Namun ternyata, bukan saya satu-satunya orang di dunia ini yang mengalami keadaan demikian. Seorang teman terbaik saya pun ternyata hampir-hampir tak pernah ada waktu yang cukup untuk keluarga. Seluruh anggota keluarganya masing-masing sibuk dengan urusan pekerjaannya sendiri. Namun saya sangat mengagumi sikapnya yang selalu tetap berusaha menjaga hubungan baik dengan keluarganya. Setelah pulang beraktivitas di malam hari, tentunya ia sangat lelah dan ingin segera pergi tidur. Namun, ketika ia pulang dan mendapati ayahnya belum tidur, ia selalu memutuskan untuk menemani sang ayah, duduk di sampingnya untuk entah sekedar berbagai cerita hari itu, atau mungkin ada obrolan yang dapat ia diskusikan dengan sang ayah.

Saya selalu ingat kata-katanya, bahwa tak seharusnya melulu kita yang minta diperhatikan. Mungkin orang tua kita sibuk dengan pekerjaannya, namun tak berarti kita menjadi egois dan dengan pasif berharap mereka meluangkan waktunya untuk kita. Mengapa bukan kita yang berusaha berkorban sedikit waktu kita untuk mereka dengan cara kita terlebih dahulu yang menghampiri mereka dan membagi hidup kita untuk mereka? Karena seharusnya kesibukan kita tidak menjadi penghalang untuk kita tetap memiliki hubungan yang hangat di dalam keluarga. Sahabat, sebelum menjadi berkat bagi orang lain, mari menjadi berkat dalam lingkungan keluarga yang telah Tuhan percayakan kepada kita.
n.b: thx to van, my inspirator, yang selalu percaya, bahwa bakat itu ada... ^^

4.5.09

Fokus dan Konsistensi

Suatu kali saya berpikir, mengapa batu yang begitu keras dan besar di sungai dapat suatu hari menjadi lebih kecil daripada hari kemarin-kemarin, bahkan menghilang tak ada lagi. Lalu saya menemukan jawabannya. Air di sungai tersebut mengikis batu tersebut di titik yang sama berulang-ulang sehingga batu tersebut terkikis menjadi semakin kecil kemudian hilang.

Akhir-akhir ini, yang selalu "menghantui" pikiran saya adalah pergumulan saya tentang masa depan. Apa yang akan saya lakukan setelah saya lulus, pekerjaan apa yang akan saya ambil, di mana tempat kerja yang saya inginkan, apa rencana saya empat sampai lima tahun mendatang, dan lain sebagainya. Sejujurnya sebagai mahasiswa tingkat akhir, mungkin itu menjadi sindrom kebingungan yang harus dihadapi. Untuk pertama kalinya dalam hidup mungkin, ia harus benar-benar mengambil suatu keputusan yang tidak mudah dan cukup besar, karena keputusan tersebut akan memengaruhi hidupnya di masa yang akan datang. Untuk pertama kalinya, ia sendiri -tidak lagi oleh orang tua atau teman-teman di sekitarnya- yang harus memutuskan rencana kehidupannya dan belajar untuk mengambil keputusannya sendiri.

Saya mulai memikirkan pekerjaan yang saya sukai, bakat dan hobi yang saya miliki, pekerjaan yang mungkin akan menjadi prospek yang sangat bagus di kemudian hari. Lalu saya menemukan satu hal, bahwa apapun yang akan saya lakukan di masa yang akan datang, hal ini yang harus saya ingat: fokus dan konsistensi.

Fokus berarti terus memandang kepada satu tujuan, tanpa membiarkan diri dialihkan oleh perhatian-perhatian yang lain (yang mungkin lebih menarik perhatian kita). Fokus harus dimulai dari komitmen. Komitmen untuk tetap memandang tujuan tersebut, bagaimanapun kesulitannya. Namun fokus tak berarti apa-apa tanpa konsistensi. Saat kesulitan tersebut datang, kita butuh konsistensi. Konsistensi adalah ketekunan saat halangan dan tantangan datang. Konsistensilah yang menjaga kita akan tetap berada dalam jalur pandang kita, dan membantu kita menyelesaikan tujuan yang kita miliki sampai akhir.

Saya telah melihat beberapa contoh dalam hidup orang lain, bagaimana sulitnya ketika ia memutuskan untuk tetap berfokus pada apa yang sedang dilakukannya, sementara banyak hal lain yang sepertinya menarik untuk juga dilakukan. Namun ketika ia fokus pada apa yang menjadi tujuannya, sekarang saya melihat keberhasilan tersebut dalam hidupnya.

Terkadang kita berhenti berjalan saat batu besar di depan menghadang jalan kita, lalu memutuskan untuk berbelok ke jalan lain daripada menyingkirkan batu besar tersebut sehingga kita bisa menyelesaikan perjalanan kita. Mungkin kita lupa, bahwa di setiap jalan yang kita tempuh, pasti memiliki "batu besar"nya sendiri-sendiri. Daripada memilih jalan yang memiliki "batu" ter"kecil" dan termudah dalam perjalanan kita, lebih baik kita tetap berada dalam jalan kita dan menyingkirkan batu besar tersebut untuk kemudian berjalan lagi menyelesaikan perjalanan kita.

Ketika kita berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, banyak hal yang harus kita mulai lagi. Adaptasi, proses pembelajaran, proses sosialisasi, penetapan tujuan, dan lainnya. Jika kita terus menerus memulai proses tersebut, akhirnya kita hanya membuang-buang waktu untuk hal yang seharusnya dapat kita capai dalam waktu tertentu. Karena sesuatu yang terus menerus dimulai dan dirintis dari awal tidak akan pernah maksimal dan bahkan mencapai kesuksesan yang kita impikan. Mengapa tak memilih fokus dulu di jalan yang kita tempuh, untuk kemudian memulai perjalanan yang baru setelah kita mencapai garis akhir? =)

10.3.09

Mulai Dari Apa yang Ada Padamu

“Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Lukas 12:34)

Dulu saya memiliki sebuah pemikiran yang keliru, bahwa untuk dapat memuliakan Allah dengan harta dan kekayaan yang kita punya, saya harus menjadi seorang “jutawan” terlebih dahulu. Dari pemikiran itulah saya memiliki sikap hati yang salah ketika Tuhan mengingatkan untuk memberikan sebagian uang saya untuk memberkati orang lain. “Kebutuhan hidup saya saja belum tercukupi, mana bisa saya memberikan uang yang saya perlukan untuk orang lain?”
Terkadang, tanpa sadar, paradigma seperti itulah yang menjadi alasan kita selama ini untuk memberkati orang lain lewat harta kita. Firman Tuhan hari ini kembali mengingatkan kita, bahwa harta yang kita miliki, semuanya adalah milik Tuhan, karena Tuhan yang memberikannya lewat setiap pekerjaan yang kita lakukan. Sebaliknya, kita hanyalah pengelola, bukanlah pemilik. Jadi, sebenarnya kita tidak memiliki hak untuk “menahan” harta –yang sebenarnya milikNya- untuk memberkati orang lain.

Memuliakan Tuhan lewat harta yang kita miliki sebenarnya simpel saja. Seorang teman pernah bersaksi pada saya. Suatu ketika di sore hari sepulangnya dari kantor setelah seharian bekerja, seorang ibu paruh baya mendatangi rumahnya. Dengan muka memelas mengaku bahwa ia tersesat dan mengutarakan maksudnya untuk kembali ke kota asalnya namun ia tidak memiliki uang yang cukup. Ketika ia melihat ibu itu, hatinya dipenuhi dengan belas kasihan sehingga akhirnya ia memutuskan untuk memberikan selembar uang dua puluh ribu rupiah kepadanya, sambil mengucapkan “Tuhan Yesus mengasihi Ibu.”. Tentu saja dengan sedikit kebingungan, si Ibu tadi sangat berterimakasih kepada teman saya tersebut.

Saat menceritakan kesaksiannya, spontan saya bertanya, bagaimana jika itu hanya cara si ibu untuk menarik simpatinya. Namun ia menjawab, bahwa yang terpenting adalah motivasi dan kasih yang kita berikan, soal si Ibu tadi berbohong atau tidak, itu urusannya dengan Tuhan. Namun, tindakan sederhana yang dapat kita lakukan untuk seseorang, akan dapat menjadi sangat berarti baginya, dan hal tersebut akan membuat nama Tuhan dipermuliakan atas kehidupan kita.

Tidak perlu sekaya Bill Gates untuk dapat memuliakan Tuhan lewat harta. Kita dapat memberikan harta yang sudah Tuhan percayakan atas kita dengan tindakan sederhana yang bisa kita lakukan. Mari mulai dari apa yang ada pada kita dan dengan motivasi yang benar.

12.1.09

MENJADI RADIKAL


“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridku” (Lukas 14:27)

Banyak orang Kristen masih berpandangan bahwa merupakan dua hal yang berbeda antara orang percaya dengan murid Kristus. Itu sebabnya mereka seringkali sudah menjadi Kristen selama bertahun-tahun tapi kerohaniannya tidak pernah bertumbuh, karena mereka tidak pernah mau “diajar” melalui program pendalaman alkitab atau kelas pemuridan lainnya. Namun jika kita meneliti Kisah Para Rasul 11:26b, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua orang percaya adalah murid Kristus. Jadi, menjadi murid Kristus bukanlah sebuah pilihan.

Menjadi murid Kristus berarti mengikuti teladan Kristus dan belajar terus menerus sampai menjadi sama seperti gurunya, Tuhan Yesus. Lalu bagaimana caranya agar kita dapat menjadi murid Kristus? Dalam bacaan kita hari ini, terdapat lima karakter yang harus dimiliki setiap murid Kristus.

Pertama, punya prioritas (ayat 26). Tuhan harus menjadi prioritas pertama dalam hidup kita, yang tercermin lewat semua aspek hidup kita. Kedua, berani bayar harga (ayat 27). Pikul salib berarti penyangkalan terhadap ego (free will) bahwa hidup kita bukan milik kita lagi (ketaatan mutlak pada Yesus). Ketiga, mau diproses dan memiliki hati yang mau terus menerus belajar dan diubah untuk menjadi sama seperti Kristus (ayat 28). Keempat, pantang menyerah (ayat 29-30), tetap setia dalam proses Tuhan. Kelima, totalitas (ayat 33). Segala yang kita miliki adalah milik Tuhan. Sayangnya banyak orang yang menganggap Yesus HANYA sebagai penolong, bukan penguasa atas hidup mereka.

Inti dari kelima hal tersebut sama, yaitu untuk memiliki karakter sebagai murid Kristus, kita harus memiliki satu sikap radikal dalam mengikut Yesus. Keradikalan tersebut dapat tercermin dari sikap hati kita ketika menghadapi masalah dan proses, mengambil keputusan penting, serta tindakan-tindakan kita.


MENJADI MURID KRISTUS BUKANLAH SEBUAH PILIHAN. SEMUA ORANG PERCAYA ADALAH MURID KRISTUS

DANAU GALILEA VS. LAUT MATI

“...kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu.” (Ulangan 11:18b)

Kita pasti sudah sering mendengar tentang cerita Danau Galilea dan Laut Mati. Keduanya memiliki karakteristik yang jauh bertolak belakang. Di Danau Galilea ada kehidupan. Banyak ikan yang hidup di sana, ada tumbuhan-tumbuhan hijau yang tumbuh di sekitarnya. Sementara Laut Mati, seperti namanya, tidak ada kehidupan. Karena kadar garam yang terlalu tinggi, tidak ada tumbuhan maupun ikan-ikan yang dapat hidup di sana.
Ketika saya teliti lagi – coba Anda lihat peta “Palestina pada Zaman Tuhan Yesus” di halaman akhir Alkitab Anda – ternyata Danau Galilea memperoleh airdari sungai-sungai kecil yang ada di sekitarnya, lalu mengalirkannya lagike Sungai Yordan. Membuat tanah di sepanjang aliran antara danau itudengan Sungai Yordan menjadi subur. Sebaliknya, Laut Mati memerolehair dari Sungai Yordan dan dari sungai-sungai kecil lainnya, tetapi tidak mengalirkannya kembali ke mana pun.
Ketika kita menerima fiman, entah dari kotbah di gereja maupun dari saat teduh yang kita dapat, kita harus menjadi pelaku firman. Untuk menjadi pelaku firman, kita dapat belajar untuk membagikan setiap firman yang kita dapat. Ketika kita membagikan firman kepada orang lain, kita juga sedang berbicara kepada diri kita sendiri dan mengaminkan firman tersebut, sehingga itulah yang meneguhkan kita untuk menjadi pelaku firman.
Seperti Danau Galilea yang mengalirkan kembali airnya kepada sungai lain, seperti itulah hendaknya kehidupan kita, untuk membagikan berkat dari firman yang telah kita peroleh dari orang lain.
MEMBAGIKAN FIRMAN ADALAH SALAH SATU BENTUK KONGKRIT KITA UNTUK MENJADI PELAKU FIRMAN

Ember yang Berlubang

“Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, ... apa saja yang diperbuatnya berhasil.” (Mazmur 1:3)

Ada seorang kakek yang tinggal dengan cucu lelakinya. Setiap pagi, kakek ini bangun lebih awal untuk membaca Alkitab. Suatu hari cucunya bertanya, "Kakek, apa sih gunanya Kakek membaca Alkitab setebal itu? Memangnya Kakek hafal apa yang sudah Kakek baca?" Dengan tenang sang Kakek mengambil sebuah ember tua yang kotor dan melobanginya. Lalu ia menjawab, "Bawa keranjang ini ke sungai, penuhi dengan air, dan bawa kemari."
Maka sang Cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya. Sambil terengah-engah ia berkata, "Lihat Kek, percuma!" Dengan bijaksana sang Kakek berkata, "Lihatlah embernya." Ketika sang Cucu melihat embernya, untuk pertama kalinya ia menyadari bahwa ember itu sekarang berbeda. Ember itu telah berubah dari ember tua yang kotor, kini menjadi bersih luar dan dalam.
Sang Kakek menjelaskan, ”Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Alkitab. Kamu mungkin tidak memahami dan mengingat segalanya, tetapi ketika kamu membacanya dan merenungkannya kembali, kamu akan berubah, luar dalam. Tuhan telah mengubahkan kita lewat firmanNya. Itu adalah kuasa firman yang sungguh nyata dalam hidup kita..”
Sahabat, terkadang kita menganggap tidak ada perubahan yang berarti ketika hari ini kita membaca dan merenungkan firmanNya atau tidak. Sama saja. Namun, lewat firmanNya, Roh Kuduslah yang bekerja setiap hari untuk mengubahkan kehidupan kita. Pemazmur berkata, renungkanlah firman siang dan malam, sehingga kehidupan kita seluruhnya dikuasai oleh firman Tuhan, dan biarlah kuasa Roh Kudus yang bekerja lewat firmanNya dalam hidup kita.

MEMBACA DAN MERENUNGKAN FIRMAN ADALAH SEBUAH BAGIAN DARI PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER YANG TUHAN KERJAKAN DALAM KEHIDUPAN KITA

MENJAMAH HATINYA DENGAN AIR MATA

“Maka Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu.” (Kejadian 19:2)

Dalam dunia hukum disebutkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan perlindungan hukum yang setara, tidak melihat apakah dia merupakan korban yang memang perlu dibela, ataupun tersangka atau terdakwa sekalipun. Bahkan para teroris kelas dunia seperti Amrozy dkk. pun berhak memiliki seorang kuasa hukum atau pengacara yang dapat membela kasus dalam jalur hukum.
Peran seorang pengacara tentu sangatlah penting. Ia menjadi ujung tombak terakhir dalam menentukan nasib seseorang di pengadilan. Setiap kata-kata pembelaannya haruslah masuk akal, sesuai bukti yang ada, dan meyakinkan Sang Hakim dalam memipin jalannya sidang dan membuat keputusan akhir.
Saat Sodom dan Gomora hendak diluluhlantakkan, Abraham teringat akan keponakan kesayangannya, Lot, yang tinggal di kota tersebut. Namun Abraham berdoa agar Sodom dan Gomora tidak dibumihanguskan, karena ada orang percaya yang tinggal di dalamnya. Negosiasi antara Abraham dengan Tuhan akhirnya membuahkan hasil setelah Abraham berusaha (berdoa) dengan keras untuk keselamatan keponakannya. Lot dan keluarganya diselamatkan, walaupun karena ketidaktaatan istri Lot, ia menjadi tiang garam.
Karena kegigihan Abraham dalam memperjuangkan keselamatan Lot dan keluarganya, hati Allah pun tersentuh sehingga Ia menunjukkan kemurahanNya kepada Lot dan keluarganya.
Ketika kita berdoa untuk orang lain, kita sedang mengetuk dan “membujuk” hati Tuhan untuk menunjukkan kemurahanNya kepada kita. Sahabat, marilah kita menjamah hati Tuhan dengan air mata. Biarkan seseorang yang kita doakan boleh menerima jawaban doanya karena Tuhan melihat dan mendengar seruan doa kita untuknya.

KETIKA DOA SYAFAAT DINAIKKAN, KITA SEDANG MEMBUJUK TUHAN UNTUK MENUNJUKKAN KEMURAHANNYA.

Percaya Saja, Biarkan Dia Bertindak

“Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (1 Tesalonika 5:17)

Saya ingat sebuah cerita humor yang mungkin sering kita dengar. Ada seorang anak kecil yang baru diajari ibunya berdoa sebelum makan, “Tuhan, berkatilah makanan ini.” Setiap kali ia hendak makan, ia selalu berdoa terlebih dahulu. Suatu kali ia sedang bermain di sebuah taman dalam hutan, kemudian ada seekor singa yang ingin menerkamnya. Sambil ketakutan, anak ini berdoa kepada Tuhan, “Tuhan, berkatilah makanan ini.”, karena ia hanya ingat kalimat itu ketika ia berdoa. Lalu, singa itu pergi daripadanya.
Cerita tadi menggelitik saya, namun saya dapat menangkap sebuah pesan, bahwa sepenggal doa yang kita naikkan di hadapanNya dengan sepenuh hati dan iman percaya yang kuat akan Tuhan dengar. Seringkali kita berdoa, meminta sebuah jawaban, namun terkadang kita sendiri masih ragu, apakah hal itu akan terjadi. Itu sama saja meragukan kuasa Tuhan untuk menolong kita.
Bukan hanya itu, seringkali ketika kita berdoa memohon sesuatu, kita seringkali berujar, “Dalam nama Yesus, aku serahkan doa ini...”. Itu berarti kita menyerahkannya kepada Tuhan. Namun seringkali, setelah kita berdoa, kita masih saja kuatir dan terus memikirkan masalah kita (yang seharusnya sudah kita serahkan ke dalam tangan kuasaNya).
Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika mengatakan bahwa bila kita berdoa dengan yakin (beriman), sangat besar kuasanya. Oleh karena itu, mari kita belajar untuk berdoa dengan iman dan percayakan Dia yang bertindak atas hidup kita. Setiap doa yang dinaikkan dengan yakin dan sungguh-sungguh adalah jalur langsung menuju surga.

DOA YANG BERKUASA ADALAH DOA YANG DIUCAPKAN DAN DIYAKINI DENGAN IMAN

Find the right community!

Manusia adalah makhluk sosial yang ga bisa hidup sendiri. Dia butuh bersosialisasi, dia butuh temen dan kasih sayang. Oleh karena itu, sebuah komunitas sangat memengaruhi sifat, karakter, dan masa depan seseorang. Komunitas adalah rumah kedua bagi seseorang setelah keluarganya, tempat di mana ia berinteraksi orang lain, selain keluarganya, yang menjadi sangat penting dalam kehidupannya.

Apalagi kita, anak muda. Rasanya aneh, kalo kita ga punya komunitas. Setiap dari kita, at least, pasti punya temen-temen maen, entah itu di sekolah, kampus, ato apapun itu. Banyak dari kita merasa nyaman dan loyal sama komunitas kita. Kita udah nganggep komunitas kita sebagai keluarga kita. Iya ga sih? Bahkan terkadang, kita lebih nyaman sama temen-temen di komunitas kita daripada di keluarga kita sendiri. Di keluarga, banyak larangan dan peraturan yang membatasi ruang gerak kita sebagai anak muda. Di komunitas? Siapa peduli?

Nah, sekarang masalahnya, apakah komunitas kita bisa membawa kita menjadi lebih baik ato ngga? Karena kalo komunitas kita kacau (baca: ga bener), udah pasti itu juga cerminan gimana kehidupan kita sehari-hari. Komunitas, sekali lagi, sangat berpengaruh besar sama kehidupan kita, karena kita meluangkan banyak waktu dan kegiatan di dalamnya.

Inget Yefta? (Hakim-hakim 11:1-3) Yefta adalah seorang anak yang dilahirkan dari seorang ayah bernama Gilead bersama perempuan sundal (alias pelacur). Yefta dibesarkan di keluarga ayahnya bersama saudara-saudara tirinya. Udah pasti, Yefta dibenci oleh saudara-saudara tirinya, bahkan mereka bilang bahwa dia ga akan dapet harta warisan ayahnya. Bisa dibayangin kan, betapa menderitanya hidup Yefta? Ga aneh lah, kalo Yefta akhirnya kabur dari rumah. Pasti ga tahan hidup di keluarga yang menolak kehadiran dia.

Alkitab mencatat, Yefta menemukan komunitasnya, yang dirasanya nyaman, karena latar belakang yang sama, yaitu rasa kecewa dan tertolak. Tapi sayangnya, Yefta menemukan komunitas yang salah, komunitas para perampok. (ayat 3)

See? Betapa pentingnya sebuah komunitas. Coba kita cek lagi komunitas kita. Apakah temen-temen kita bisa membangun kita menjadi lebih baik? Atau malah setelah ‘bergabung’ dengan mereka, hidup kita jadi tambah kacau (baca: rusak)?

Kita hidup di jaman yang semakin parah. Standar hidup kita sebagai anak Tuhan pun udah mulai turun. Kalo ditambah lagi dengan komunitas kita yang ga membangun hidup kita, bisa dibayangin akan jadi kaya apa kualitas hidup kita. Komunitas yang baik seharusnya membawa kita semakin deket sama Tuhan. Dan kita bisa dapetin itu bersama saudara-saudara seiman kita yang lain. Di sanalah kita akan saling membangun, saling support, saling bantu, saling jaga kehidupan kita masing-masing. Komunitas yang baik seharusnya menjadi pagar di sekeliling hidup kita, yang menjaga kita tetap ada di track-nya Tuhan. So, inget-inget lagi, kalo pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik.

KEBENARAN YANG MEMERDEKAKAN

“…dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:32)

Pernahkah kita seringkali merasa frustasi, putus asa, dan bahkan jengkel dengan diri kita sendiri ketika kita mendapati diri kita masih hidup bertolak belakang dengan kehendak Tuhan, padahal kita berniat untuk lepas dari keterikatan dosa maupun kebiasaan buruk Kita dan hidup sesuai dengan kehendak Firman Tuhan? Kita telah berulang kali mencoba namun tetap saja gagal dan jatuh di lubang yang sama. Akhirnya, kita menjadi “budak” dosa dan menyerah untuk mencoba lagi.

Jika jawabannya, ya, maka Tuhan punya kabar baik untuk Anda dan saya. Seharusnya kita tidak perlu putus asa, terintimidasi dan terus menerus menyalahkan diri kita sendiri ketika kita gagal. Kekristenan berbicara soal hubungan. Hubungan terus menerus antara kita dengan Tuhan. Ketika kita membangun hubungan kita semakin erat dengan Tuhan, seluruh aspek hidup kita (hati, pikiran, perkataan, sikap, pola pikir, dan lain-lain) akan dikuasai hanya oleh kehendakNya. Oleh karena itu, Tuhan menyuruh kita untuk tetap tinggal dalam firmanNya, dalam persekutuan denganNya. Dengan itu, kebenaran firman yang kita terima dari Tuhanlah yang akan memerdekakan kita dari perbudakan dosa dan kebiasaan buruk yang membelenggu hidup kita.

Manusia memang tidak pernah sempurna, suci tanpa dosa. Oleh karena itu kita harus selalu membangun hubungan yang erat dengan Tuhan sehingga Ia dapat menuntun hidup kita tetap sesuai dengan kehendakNya. Kita harus terus menerus berjuang melawan dosa, melawan setiap kebiasaan buruk kita. Jangan pernah menyerah, dan percayalah Tuhan pasti membantu kita untuk berubah dan memberi kemenangan untuk kita!

TETAP TINGGAL DALAM DIA SEBAB FIRMANNYA AKAN MEMERDEKAKAN KITA.

Be impact!

Guys, pernah ngga kita berpikir, suatu hari nanti waktu kita udah tua, apakah kita akan mengenang masa muda kita yang indah, atau justru menyesali apa yang udah kita buat di masa lalu? Sayangnya, hidup kita bukan seperti VCD player. Kita ngga bisa kembali ke masa lalu dan memerbaiki kesalahan-kesalahan yang udah kita buat di masa lalu. So, gua berpikir lagi, kalo gitu, kenapa ngga dari sekarang aja gua pake waktu gua saat ini baik-baik? Iya ngga sih?

Orang bilang, masa muda itu masa yang paling indah. Kita bisa lakuin banyak hal dengan penuh semangat. Kita punya mimpi yang pengen kita capai. Kita masih punya banyak kesempatan untuk meraih apapun yang kita inginkan.

Sayangnya, banyak anak muda yang menyia-nyiakan hidupnya dengan hal-hal yang salah. Drugs, free sex, rokok, geng motor, party… Anyway, semua itu mungkin berawal dari kehidupan yang kacau, kosong, ngerasa ga ada tujuan hidup, atau mungkin komunitas yang salah. Mereka berusaha mengisi hidup mereka dengan hal-hal yang mungkin “enak” sesaat, tapi malah ngerusak masa depan mereka.

Karena, emang ga ada satu hal apapun di dunia ini yang bisa ngisi kekosongan hidup kita, kecuali satu pribadi, yang punya kasih yang sangat besar, yang care n concern banget sama kehidupan kita. Yesus. Dia ga pengen kita punya masa depan yang suram, tanpa arah dan tujuan hidup yang jelas. Cuma Dia, yang punya kasih sedemikian besarnya buat kita, yang bisa kasih kita kekuatan baru untuk hidup, harapan baru untuk tetap melangkah, dan menjalani hidup kita menuju sebuah masa depan yang indah.

Waktu hidup kita dipulihin, percaya deh, kita punya masa depan yang penuh harapan di dalam Tuhan. Pernah mimpi suatu saat kita jadi orang sukses? Hey, itu akan terjadi dalam hidupmu! Dari situlah orang-orang bakal tau, siapa kita. Siapa yang bikin kita jadi kaya gitu. Dan dari situlah, kita bisa jadi impact n jadi berkat buat orang lain.

Come on, guys! Hidup kita cuma sekali, n masa depan kita juga cuma sekali! Jangan sia-siain waktumu! Tetap kuat dalam Tuhan, tertanam dalam komunitas yang benar, n be impact buat generasi kita! Semua itu Cuma bisa dimulai dari kita…

BE IMPACT!! [thx to ari aswin..]

INJIL PALSU VS. KEBENARAN

“tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran … kita bertumbuh … ke arah Kristus, …” (Efesus 4:15)

Di akhir zaman sekarang ini, banyak arus informasi dan pandangan-pandangan yang muncul lewat berbagai cara dan media yang ada. Masalahnya, tak semua informasi, pandangan, paradigma, maupun doktrin-doktrin tersebut sesuai dan sejalan dengan Firman Tuhan. Setiap kita harus dengan jeli dan waspada menyaring setiap informasi dan pandangan tersebut untuk kita terima dalam kehidupan kita. Jika tidak, hati, otak, dan jiwa kita menjadi tong sampah yang menerima setiap pandangan buruk yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Padahal setiap murid Tuhan seharusnya mengutamakan air susu yang murni dan rohani, yang akan menjamin pertumbuhan iman serta membentenginya dari pengajaran-pengajaran yang menyesatkan.

Dalam suratnya kepada jemaat-jemaat di mana Paulus pernah melayani, ia sering memeringatkan para jemaat untuk tetap teguh dalam iman, dan jangan mau digoncangkan oleh para pengajar-pengajar sesat, dengan menawarkan suatu “Injil” yang lain dari yang diberitakan Paulus.

Lalu bagaimana caranya kita dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah? Satu-satunya cara agar kita dapat membedakannya adalah dengan menjalin hubungan yang intim setiap hari bersama Yesus. Hal itu akan membawa kita kepada pengenalan akan Firman Tuhan lebih dalam lagi sehingga kita mengerti kehendak Tuhan dalam hidup kita. Sebagaimana halnya kita harus makan setiap hari agar kita tetap sehat dan bertumbuh secara jasmani, begitu pulalah kita harus mengenal Firman Tuhan secara benar sehingga kita bertumbuh secara rohani. Hanya dengan semakin mengenal firman Tuhan secara benar, kita akan mudahmembedakan yang palsu dan yang benar. Sehingga kita dimerdekakan dan tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh berbagai macam angin pengajaran yang merupakan permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.

TETAP TEGUH DALAM IMAN!

DIPERCAYA DALAM USAHA

“… engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar…” (Matius 25:23)

Jika ditanya urusan belanja kebutuhan makanan sehari-hari oleh teman-temannya, Mama saya pasti paling semangat untuk menyarankan mereka belanja bahan-bahan makanan tersebut di seorang tukang sayur langganannya. Katanya, kalau beli di sana harganya lebih murah daripada di pasar. Sayur-sayuran dan daging-dagingnya segar. Dan kalau barangnya sudah tidak fresh lagi, tukang sayur itu akan memberi tahu untuk tidak membeli barang itu. Intinya, tukang sayur itu dapat dipercaya dalam menjual barang dagangannya sehingga kita tidak akan tertipu ketika membeli.

Setiap orang pasti ingin dipercaya, apalagi untuk melakukan tanggung jawab yang besar. Namun, bagaimana seseorang dapat dipercaya jika sikapnya tak seperti yang diharapkan? Jika dalam usaha dan pekerjaan sering kali kita menipu orang lain demi kepentingan kita sendiri? Jika dalam bekerja sering kali kita terlambat datang ke kantor dan pulang lebih cepat dari jam kerja? Jika dalam usaha kita sering kali menipu para konsumen kita?

Perumpamaan Yesus tentang talenta mengingatkan kita bahwa, yang terpenting bukanlah seberapa besar tanggung jawab yang diberikan kepada kita, melainkan seberapa besar tanggung jawab kita dalam mengerjakan pelayanan. Seperti hamba satu talenta, ia merasa kecewa mengapa ia hanya diberi satu talenta, sehingga ia tidak mengerjakan bagiannya, malah menyimpannya dalam tanah bahkan memberikan satu talenta tersebut kepada tuannya. Jika demikian, bagaimana sang tuan dapat memercayai dan memberi tanggung jawab lebih besar?

Pelayanan kita yang sesungguhnya bukanlah di dalam gereja, melainkan dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk dalam usaha dan pekerjaan kita. Perhatikan hamba lima dan dua talenta. Mereka melakukan bagian mereka sehingga ia mendapat laba dan ‘sukses’. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita dapat dipercaya dalam usaha dan pekerjaan kita, baik oleh konsumen kita, maupun oleh Tuhan?

MENJADI DAPAT DIPERCAYA MERUPAKAN KUNCI SUKSES
DALAM USAHA DAN PEKERJAAN

MENJADI GEREJA YANG BERDAMPAK

Dalam Matius 16:18-19, tercatat ada empat ciri-ciri gereja yang berdampak. Satu, harus kokoh. Maksudnya adalah memiliki pengajaran-pengajaran yang benar dan berlandaskan firman Tuhan. Dua, menerobos kuasa gelap. Hal ini menunjukkan bahwa kuasa Tuhan hadir dalam gerejaNya dan mematahkan setiap kuasa-kuasa kegelapan dari Iblis. Tiga, harus berkuasa. Kuasa yang telah dicurahkan kepada gerejaNya harus dicurahkan pula kepada setiap jemaat untuk dapat menjadi penyalur kuasaNya bagi orang lain yang membutuhkan. Empat, menjadi saksiNya dan mengubah dunia dengan nilai-nilai kerajaan Allah.
Intinya, gereja harus bisa memiliki dampak yang luar biasa dalam mengubahkan lingkungan sekelilingnya. Gereja harus bisa mengajak setiap jemaatnya untuk menjadi wakil-wakilnya dalam memberitakan kebaikan Tuhan dalam hidup mereka masing-masing.
Tuhan sangat menginginkan kita bukan hanya sebagai “pemenuh” ruangan gereja. Artinya, janganlah kita hanya menjadi jemaat yang pasif, hanya rajin datang ke gereja tiap minggu sebagai jemaat dan pendengar firman yang baik. Tetapi marilah kita menjadi jemaat yang aktif, terhadap perintahNya untuk menjadi saksiNya dimanapun kita berada. Tuhan menginginkan lewat hidup kita, banyak orang yang diubahkan dan dibawa kepada Kristus. Gereja, dalam arti kita sebagai jemaatNya, harus bisa memberikan dampak positif yang nyata dalam setiap segi kehidupan individu maupun masyarakat sekitar, di lingkungan di mana Tuhan tempatkan kita.
Dengan menjadi saksiNya di mana pun kita berada, kita telah melaksanakan amanat agungNya sekaligus telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan gereja, tempat di mana kita bertumbuh.

GEREJA HARUS BISA MENJADI SAKSINYA DI MANAPUN DIA DITEMPATKAN.

TEMPAT SUCINYA TUHAN

“Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci,” Keluaran 40:34

Gereja seringkali dianggap sebagai “tempat suci” di mana hadirat Allah hadir sangat kuat. Tak jarang dalam berbagai kebaktian, Tuhan menyatakan kehadiranNya dengan menjamah setiap jemaat yang membutuhkan jamahan kuasaNya. Pada masa perjalanan umat Israel ke tanah Kanaan, “tempat suci” di mana Tuhan Allah hadir tersebut disebut Kemah Pertemuan, atau Kemah Suci. Tidak sembarang orang yang dapat masuk ke dalamnya. Hanya para imam yang Dia pilih sendiri yang dapat masuk. Bahkan sebelum para imam masuk untuk memersembahkan korban, mereka harus menguduskan dan menyucikan dirinya terlebih dahulu. Begitu pula pada saat Bait Allah dibangun. Ada area-area terlarang yang hanya boleh dimasuki para imam. Sementara orang biasa hanya boleh menginjakkan kaki di serambi bait Allah. Karena bait Allah merupakan suatu tempat suci di mana Tuhan menyatakan kemuliaanNya sehingga hanya orang-orang yang telah menguduskan dan menyucikan dirinya saja yang dapat memasukinya.
Namun pada saat sebelum Yesus wafat, Yesus menghancurkan bait Allah. Dia telah berkorban di kayu salib untuk memberikan keselamatan bagi semua manusia yang berdosa. Dia berkata “Sudah Selesai.” Artinya, tidak ada lagi korban bakaran yang harus dipersembahkan kepada Allah ketika seseorang telah melakukan dosa. Tidak ada lagi “ritual pembersihan diri” ketika seseorang hendak bertemu denganNya. Bersyukurlah bahwa sekarang kita dapat bertemu denganNya kapan saja, di mana saja, dengan cara apapun.
Tapi sayangnya terkadang kita lupa akan “kekudusan” Tuhan dalam gerejaNya. Ketika kita memasuki hadirat Tuhan, kita sering lupa “membasuh” hati kita dari berbagai hal yang tidak berkenan di hatinya. Masih ada kekecewaan, dendam, intimidasi, iri hati, dan dosa-dosa lainnya. Oleh karena itu, sahabat NK, mari kita tanamkan kembali paradigma ini : bahwa kekudusan dan hadirat Tuhan dalam gerejaNya masih ada dan sama seperti dulu.

HADIRAT DAN KEKUDUSAN TUHAN DALAM GEREJANYA MASIH SAMA SEPERTI DULU.

CANGKIR CANTIK

" Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku.” Yeremia 18:6b

Sepasang opa dan oma pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. "Lihat cangkir itu, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat." kata si oma kepada suaminya. Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara. "Terima kasih, namun aku dulu tidak cantik. Aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang penjunan melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Kemudian ia memasukkan aku ke dalam perapian panas. Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya. Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan dingin. Setelah benar-benar dingin seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku."
Seperti itulah juga Tuhan membentuk karakter kita setiap hari, sampai kita memiliki karakter ilahi yang Ia inginkan dalam hidup kita. Setiap masalah dan proses yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita menempa karakter kita sehingga semakin sama seperti Kristus.
Ketika masalah datang dan menimpa hidup kita, mari kita miliki sikap hati yang benar untuk menerimanya dengan sukacita. Dan percayalah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sedetik pun. Ketika Tuhan mengizinkan masalah itu datang, Tuhan telah menyiapkan jalan keluarnya untuk kita. Bagian kita hanyalah taat dan setia dalam proses tersebut, sehingga kita bisa menjadi seperti cangkir cantik tersebut.

MILIKI KERELAAN HATI KETIKA TUHAN MEMBENTUK KITA
SEHINGGA KITA MEMILIKI KARAKTER ILAHI SEPERTI DIA.

MENDISIPLINKAN DIRI

“Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” (Mrk 1:35) Sejak umur 8 tahun, saya menjadi anggota sebuah klub renang yang cukup ternama di kota Bandung pada saat itu. Pada awal saya masuk klub tersebut, saya kagum dengan kemampuan kakak-kakak satu klub yang sudah berada di level atas. Mereka dapat berenang sangat cepat, dengan teknik yang benar, dan mengikuti berbagai pertandingan kelas nasional serta meraih beberapa meladi emas. Seiring dengan berjalannya waktu, saya pun naik ke level yang lebih tinggi. Beberapa kali saya diajak mengikuti pertandingan kelas provinsi untuk mewakili klub maupun sekolah saya. Jika musim pertandingan datang, saya harus memersiapkan diri dengan lebih giat lagi. Saya harus menjaga kondisi badan saya, saya juga harus mengikuti latihan fisik dan renang lebih sering lagi. Bahkan tak jarang, jam 5 pagi saya harus sudah berada di kolam renang untuk berlatih. Saat itu saya menyadari, ternyata untuk menjadi seperti kakak-kakak satu klub yang saya kagumi, butuh perjuangan yang harus dilakukan. Ada harga dan pengorbanan lebih yang harus dibayar untuk menjadi seperti mereka dan memenangkan pertandingan. Dan yang terpenting dari semua itu, mereka bisa meraih meladi emas karena mereka telah mendisiplinkan diri untuk latihan secara rutin. Seorang Hamba Tuhan bisa dipakai luar biasa karena ia telah mendisiplinkan dirinya setiap hari untuk bersekutu dengan Allah dalam doa dan firman. Taat kehendak Tuhan saja tidak bisa menghasilkan hidup yang berkemenangan bila tidak diiringi oleh disiplin yang tinggi. Yesus juga mendisiplinkan dirinya berdoa saat pagi hari buta. Sebelum memilih dan menetapkan murid-muridnya, Ia juga berdoa semalaman agar keputusan yang diambil sesuai kehendak Bapa. Sahabat NK, mari kita lakukan kembali sikap disiplin rohani kita yang mungkin mulai memudar hari-hari ini. Karena tanpa sebuah disiplin, hidup kita tidak akan berkemenangan. [JN] TAAT KEHENDAK TUHAN + DISIPLIN ROHANI = HIDUP BERKEMENANGAN

ANAK RAJA

“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;” (Yohanes 1:12)

Seringkali saya membayangkan, seandainya saya dilahirkan di keluarga kerajaan yang kaya raya, punya kekuasaan dan otoritas atas daerah kekuasaan kerajan tersebut. Sepertinya menyenangkan menjadi seorang “puteri” yang dengan mudahnya dapat memiliki apapun yang saya mau. Saya pun tak perlu takut untuk pergi berjalan-jalan ke tempat mana pun yang saya mau, karena saya memiliki seorang ayah yang berkuasa atas daerah itu, ditambah lagi saya pasti memiliki pengawal yang pasti menjaga saya sehingga saya tetap aman. Sepertinya menyenangkan dihormati dan disegani banyak orang. Ya. Itu wajar, jika saya adalah puteri seorang raja. Raja memiliki bukan hanya kekuasaan, tapi seorang raja juga punya otoritas untuk mengatur dan memerintah atas daerah kekuasaannya.
Tapi Tuhan menyadarkan saya. “Hei, kamu juga anak Raja segala Raja!” Dia berkuasa atas dunia ini, dan atas kerajaan surga. Dia punya otoritas untuk menaklukkan segala roh-roh jahat yang ada. Dia punya malaikat-malaikat yang Dia sediakan untuk menjaga kita.
Sahabat NK, terkadang kita lupa, bahwa kita juga punya kuasa dan otoritas untuk “menaklukkan” dunia ini, berkuasa atas segala roh jahat, karena kita adalah anak Raja Kerajaan Surga. Oleh karena kasih karuniaNya, Ia menjadikan kita anakNya, dan kita telah diberi kuasa untuk menjadi pemenang atas segala masalah yang Dia izinkan terjadi atas hidup kita.
Tuhan seringkali mengingatkan diri saya, “Hei, kamu punya kuasa!” Jadi, bersikaplah seperti anak raja dan pergunakanlah kuasa itu. Dengan begitu, kita tidak perlu takut atas masalah yang menimpa kita, atas keterikatan pada dosa, atas segala roh jahat, dan hal-hal lainnya yang tidak berkenan kepadaNya. Tuhan telah memperlengkapi kita dengan kuasa itu untuk kita gunakan demi kemuliaanNya. Maka dari itu, marilah kita menyadarkan diri kita kembali bahwa kuasa itu telah kita dapatkan, dan pakailah itu untuk menyenangkan hatiNya.

“INGATLAH, BAHWA KITA ANAK RAJA SEGALA RAJA. KITA PUNYA KUASA UNTUK MENAKLUKKAN ROH JAHAT DAN KUASA GELAP DALAM NAMA-NYA!”

MENJADI WARGA KERAJAAN ALLAH

“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia ..., di mana aku menjadi serupa dengan Dia …,” (Filipi 3: 10)

“Buah tak jatuh jauh dari pohonnya”. Pernah dengar peribahasa seperti ini? Peribahasa ini bisa diartikan juga seperti ini : “Karakter seseorang biasanya mirip dengan karakter orang tua yang membesarkannya.” Saya teringat akan saudara sepupu saya. Kelakuannya yang keras kepala mirip sekali dengan ayahnya. Karena secara tidak sadar seorang anak akan meniru kelakuan ayahnya, baik ataupun buruk. Karakter seseorang dibentuk oleh kebiasaan-kebiasaan yang ia lihat dan lakukan setiap hari. Karakter seorang anak terbentuk karena ia melihat dan meniru karakter orang tuanya.

Begitu juga dengan kita sebagai anakNya, ketika Tuhan membasuh dosa-dosa kita dan menerima kita menjadi anakNya, sudah sepatutnya juga kita meneladaniNya dan memiliki karakter seperti Dia. Setelah kita berpindah dari “warga negara neraka” menjadi “warga kerajaan Allah”, kita pun harus memiliki karakteristik seperti bagaimana layaknya warga kerajaan Allah. Allah ingin membentuk karakter kita sehingga kita memiliki karakter seperti Dia, sehingga kita layak disebut sebagai warga kerajaan Allah. Allah membentuk karakter kita setiap hari lewat proses-proses hidup yang Ia izinkan terjadi dalam hidup kita sehingga kita menjadi seperti Kristus.

Dalam kotbahNya tentang “Ucapan Bahagia”, Yesus mengajarkan kita untuk memiliki karakter-karakter tersebut dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Hal tersebut di antaranya adalah mau merendahkan diri di hadapan Allah, setia dalam proses yang Tuhan kerjakan, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, murah hati, suci hati, membawa damai, dan rela menderita karena kebenaran.

Sahabat, sudahkah kita memiliki karakter-karakter tersebut dalam hidup kita?

UNTUK MEMILIKI KARAKTER YESUS, KITA HARUS HIDUP SEBAGAIMANA YESUS HIDUP

MEMENANGKAN PEPERANGAN

“Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita.” (Mazmur 108:14)

Pernah lihat tentara yang hendak berperang melawan musuh? Mereka terliahat gagah dengan senjata dan pakaian lengkap mereka. Dan dengan tegap mereka berjalan penuh percaya diri. Tentunya karena mereka telah memersiapkan segala sesuatunya dengan baik.

Mereka melatih badan mereka sedemikian rupa dengan latihan-latihan fisik yang berat setiap hari, sehingga mereka memiliki stamina tubuh yang kuat saat mereka berperang. Selain itu, mereka juga membuat taktik dan strategi perang mereka dalam menghadapi musuh. Bahkan mereka beruasaha untuk mengenal medan perang yang sesungguhnya. Mereka juga mengasah dan merawat senjata mereka sehingga semakin tajam dan berfungsi dengan baik saat mereka membutuhkannya.

Dalam kehidupan kita pun, setiap hari kita “berperang” melawan berbagai masalah dan cobaan untuk meraih kemenangan, yaitu karakter yang semakin dibentuk di dalam Kristus, dan kapasita iman yang Tuhan perbesar setiap hari. Seperti tentara, kita juga harus memersiapkan diri kita sebelum menghadapi “peperangan” tersebut, sehingga kita memeroleh kemenganan dalam Kristus. Setiap pagi hari kita kita bangun, kita bisa memeroleh kekuatan rohani dari doa dan firman yang idibaca dan direnungkan setiap hari. Dengan begitu, kita sedang mengasah senjata rohani yang ia punya sehingga ketika menghadapi masalah, kita dapat meraih kemenganan di dalam Kristus.

PERSIAPKAN DIRIMU UNTUK MENGHADAPI PEPERANGAN DAN MERAIH KEMENANGAN HARI INI.

RAJAWALI YANG MALANG

“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, ” (Mazmur 1:1)

Saya ingat cerita tentang sebuah telur rajawali yang ditemukan seorang petani dalam hutan. Karena sang petani mengiranya telur ayam, maka ia lalu membawanya pulang dan menaruh telur tersebut di kandang ayam betina yang sedang mengerami telur-telurnya. Hingga tiba waktunya telur-telur itu menetas menjadi anak-anak ayam. Demikian pula, telur rajawali tersebut menetas dan muncullah seekor anak rajawali kecil dari dalamnya. Anak rajawali tersebut lalu mulai tumbuh besar bersama anak-anak ayam lainnya. Sang induk memerlakukan semua anak-anaknya sama, sehingga ia mengajarkan mereka, termasuk sang anak rajawali tersebut, bagaimana cara hidup sebagai seekor ayam. Anak rajawali itu tidak menyadari bahwa dia bukanlah ayam seperti teman-temannya, sehingga ia bersikap dan hidup seperti seekor ayam.

Sampai pada suatu saat, sekumpulan burung rajawali terbang dengan gagah dan kuat melintasi daerah peternakan itu. Sang anak rajawali melihatnya dengan kagum dan berandai-andai, betapa gagahnya jika dia bisa terbang seperti mereka. Permasalahannya adalah : anak rajawali tersebut tidak menyadari bahwa dirinya bahwa dia sama seperti sekumpulan rajawali yang terbang gagah di udara, karena dia berada pada tempat dan komunitas yang salah.

Sahabat NK, komunitas yang kita miliki adalah tempat di mana kita bertumbuh. Sebuah komunitas akan menentukan siapa diri kita dan akan menjadi seperti apa kita di masa yang akan datang. Karena komunitas akan membentuk pola pikir kita terhadap sesuatu. Bahkan komunita memegang peranan yang cukup penting dalam pertumbuhan kerohanian kita dari hari ke hari. Oleh karena itu, milikilah sebuah komunitas yang dapat membangun kerohanian kita ke arah Kristus.

KOMUNITAS YANG KITA MILIKI MENENTUKAN SIAPA KITA DAN AKAN MENJADI SEPERTI APA KITA DI MASA YANG AKAN DATANG.

MENJADI SEPERTI DIA

“Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.” (Lukas 6 : 40)

Ayat di atas mengingatkan saya pada cerita film-film silat Cina jaman dulu di mana seorang murid belajar dan berguru silat pada seorang guru yang lebih hebat dari dirinya. Guru tersebut mengajarkan ilmu-ilmu silat yang ia miliki setiap hari dan ia melatih muridnya dengan disiplin. Dari caranya mengubah pola hidup muridnya sampai kebiasaannya. Sehingga pada akhirnya muridnya menjadi hebat, sama seperti gurunya.
Begitu pula menjadi murid sejati di dalam Kristus Yesus. Dalam proses pemuridan, kita mengalami suatu proses belajar sama seperti Kristus dalam segala aspek hidup kita. Karakter, kerohanian, dalam pekerjaan, pergaulan, dan lain sebagainya. Itu berarti kita mengalami perubahan ke arah Kristus hari demi hari sehingga pada suatu saat kita menjadi serupa dengan Kristus.
Proses perubahan tersebut bukanlah terjadi begitu saja. Tetapi lewat persekutuan setiap hari denganNya, perenungan yang disertai dengan melakukan firmanNya hari demi hari, juga lewat masalah dan pergumulan berat yang Dia izinkan terjadi dalam kehidupan kita, sebagai ujian untuk kita dapat memenangkan masalah-masalah itu.
Mari renungkan kembali, sejak kita pertama kali mengikut Yesus dan menjadi muridNya, perubahan positif apa saja yang telah terjadi dalam hidup kita? Apakah kita telah benar-benar mengenalNya dan menaati kehendakNya dalam hidup kita? Ataukah kita selama ini kita mengalami hidup yang biasa-biasa saja tanpa perubahan dan terobosan hidup yang kita alami?

CIRI MURID SEJATI ADALAH MEMILIKI PERUBAHAN YANG TERUS MENERUS KE ARAH KRISTUS, GURUNYA.