Search

4.5.09

Fokus dan Konsistensi

Suatu kali saya berpikir, mengapa batu yang begitu keras dan besar di sungai dapat suatu hari menjadi lebih kecil daripada hari kemarin-kemarin, bahkan menghilang tak ada lagi. Lalu saya menemukan jawabannya. Air di sungai tersebut mengikis batu tersebut di titik yang sama berulang-ulang sehingga batu tersebut terkikis menjadi semakin kecil kemudian hilang.

Akhir-akhir ini, yang selalu "menghantui" pikiran saya adalah pergumulan saya tentang masa depan. Apa yang akan saya lakukan setelah saya lulus, pekerjaan apa yang akan saya ambil, di mana tempat kerja yang saya inginkan, apa rencana saya empat sampai lima tahun mendatang, dan lain sebagainya. Sejujurnya sebagai mahasiswa tingkat akhir, mungkin itu menjadi sindrom kebingungan yang harus dihadapi. Untuk pertama kalinya dalam hidup mungkin, ia harus benar-benar mengambil suatu keputusan yang tidak mudah dan cukup besar, karena keputusan tersebut akan memengaruhi hidupnya di masa yang akan datang. Untuk pertama kalinya, ia sendiri -tidak lagi oleh orang tua atau teman-teman di sekitarnya- yang harus memutuskan rencana kehidupannya dan belajar untuk mengambil keputusannya sendiri.

Saya mulai memikirkan pekerjaan yang saya sukai, bakat dan hobi yang saya miliki, pekerjaan yang mungkin akan menjadi prospek yang sangat bagus di kemudian hari. Lalu saya menemukan satu hal, bahwa apapun yang akan saya lakukan di masa yang akan datang, hal ini yang harus saya ingat: fokus dan konsistensi.

Fokus berarti terus memandang kepada satu tujuan, tanpa membiarkan diri dialihkan oleh perhatian-perhatian yang lain (yang mungkin lebih menarik perhatian kita). Fokus harus dimulai dari komitmen. Komitmen untuk tetap memandang tujuan tersebut, bagaimanapun kesulitannya. Namun fokus tak berarti apa-apa tanpa konsistensi. Saat kesulitan tersebut datang, kita butuh konsistensi. Konsistensi adalah ketekunan saat halangan dan tantangan datang. Konsistensilah yang menjaga kita akan tetap berada dalam jalur pandang kita, dan membantu kita menyelesaikan tujuan yang kita miliki sampai akhir.

Saya telah melihat beberapa contoh dalam hidup orang lain, bagaimana sulitnya ketika ia memutuskan untuk tetap berfokus pada apa yang sedang dilakukannya, sementara banyak hal lain yang sepertinya menarik untuk juga dilakukan. Namun ketika ia fokus pada apa yang menjadi tujuannya, sekarang saya melihat keberhasilan tersebut dalam hidupnya.

Terkadang kita berhenti berjalan saat batu besar di depan menghadang jalan kita, lalu memutuskan untuk berbelok ke jalan lain daripada menyingkirkan batu besar tersebut sehingga kita bisa menyelesaikan perjalanan kita. Mungkin kita lupa, bahwa di setiap jalan yang kita tempuh, pasti memiliki "batu besar"nya sendiri-sendiri. Daripada memilih jalan yang memiliki "batu" ter"kecil" dan termudah dalam perjalanan kita, lebih baik kita tetap berada dalam jalan kita dan menyingkirkan batu besar tersebut untuk kemudian berjalan lagi menyelesaikan perjalanan kita.

Ketika kita berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, banyak hal yang harus kita mulai lagi. Adaptasi, proses pembelajaran, proses sosialisasi, penetapan tujuan, dan lainnya. Jika kita terus menerus memulai proses tersebut, akhirnya kita hanya membuang-buang waktu untuk hal yang seharusnya dapat kita capai dalam waktu tertentu. Karena sesuatu yang terus menerus dimulai dan dirintis dari awal tidak akan pernah maksimal dan bahkan mencapai kesuksesan yang kita impikan. Mengapa tak memilih fokus dulu di jalan yang kita tempuh, untuk kemudian memulai perjalanan yang baru setelah kita mencapai garis akhir? =)

1 comment:

  1. Anonymous2.7.09

    hidup itu gampang.
    mau apa
    kenapa
    mau apa
    kenapa

    bahagia atau ga?
    bahagia ,kejar
    ga bahagia ya tinggalin, yo wes.
    dengan begini hidup lu pasti bahagia.

    Dari gua, Orang dermawan yang sebar2 kebahagiaan buat orang indonesia.
    kalo lu mikir buat ngejiplak tulisan gua
    Kalo lu ga punya malu
    Ga punya harga diri
    Sampah asli
    Pecundang
    orang kecil, rendahan
    dan jelas2 sadar tapi
    bisa bahagia
    bisa seneng jadi sampah masyarakat yang belaga pilon,
    ya silahkan, sampah yang ga punya harga diri dan rendahan.

    ReplyDelete