Bahan bacaan: Yesaya 29:13 (TB)
Dan Tuhan telah berfirman: “Oleh karena bangsa ini datang
mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya
menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang
dihafalkan.”
Jatuh cinta katanya berjuta rasanya. Sebagian besar mengalaminya saat jaman
pacaran. Jaman di saat hanya bicara “aku
sayang kamu” saja bisa bikin hati berbunga-bunga. Setelah menikah, kata “aku sayang kamu”
mungkin sudah tidak sesering dulu diucapkan, namun diungkapkan secara lain
lewat tindakan nyata kepada pasangan.
Aku sayang kamu versi suami mungkin bisa saja dengan mencuci piring saat
istri kelelahan mengurus anak-anak. Sementara
aku sayang kamu versi istri bisa dengan memberi pijatan lembut saat suami lelah
seharian bekerja.
Bayangkan apa yang terjadi ketika sang suami atau istri
berkata aku sayang kamu setiap hari, namun mengabaikan semua tugas dan tanggung
jawab dalam rumah tangganya? Apakah
makna aku sayang kamu itu masih berarti?
Begitu juga dengan nyanyian doa dan puji-pujian kita terhadap Tuhan juga
harus disertai dalam ketaatan pada kebenaran firmanNya. Ia rindu agar doa dan puji-pujian kita tidak
hanya menjadi sebuah kewajiban atau rutinitas yang tidak berarti tanpa kita
menghidupi nilai-nilai kebenaran itu dalam kehidupan sehari-hari.
Tuhan senang akan doa dan puji-pujian yang kita lakukan,
tapi Dia jauh terlebih rindu untuk kita dapat hidup di dalam kebenaran
firmanNya, taat, berakar, bertumbuh, dan berbuah di dalamnya. Tuhan ingin agar kita menjadi penyembah yang
bukan hanya menyembah di dalam roh, namun juga di dalam kebenaran firmanNya.
HIDUP DALAM PENYEMBAHAN = HIDUP DALAM KETAATAN AKAN
FIRMANNYA.
No comments:
Post a Comment