Mat 12:33 Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka
baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik
pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.
Beberapa bulan yang lalu, saya baru saja berkenalan seorang rekan
yang cukup ramah dan sopan, tutur bicaranya cukup baik, dan ramah kepada setiap
orang. Jika kami berkumpul bersama
teman-teman lainnya, kehadirannya pasti membawa suasana menjadi lebih ceria dan
seru. Namun saya kaget saat suatu hari
ia menjawab telepon dengan agak sembunyi-sembunyi, dengan cukup ketus dan ia
setengah membentak orang yang sedang ia ajak bicara. Mimik mukanya langsung berubah masam dan
cemberut. Sama sekali berbeda dengan
pembawaan dirinya selama ini. Tak lama
setelah ia menyudahi pembicaraannya di telepon, spontan mimik mukanya kembali
ceria seperti sedia kala, seperti tidak ada apapun yang terjadi
sebelumnya. Di pertemuan-pertemuan
berikutnya, barulah saya tau, jika orang tuanya meneleponnya, dia akan selalu
menjawab teleponnya seperti itu.
Sungguh ironi bukan?
Kita bisa mengumbar senyum kebahagiaan dengan orang yang baru atau
bahkan belum dan tidak kita kenal, namun bersikap begitu ketus dengan anggota
keluarga terdekat kita sendiri. Di luar
rumah mungkin kita dikenal sebagai pribadi yang ramah kepada orang lain, namun
di rumah kita bersikap begitu dingin. Seakan-akan,
kehidupan yang kita kenakan di luar rumah adalah kehidupan bertopeng. Saat kita pulang ke keluarga kita, kita
melepas topeng tersebut dan menjadi diri kita yang “sesungguhnya”.
Keluarga adalah tempat pertama di mana seharusnya kita
mempraktekkan kasih dan teladan yang baik.
Anggota keluarga kita, seberapapun menyebalkannya mereka, adalah
orang-orang yang ditempatkan TUhan untuk menempa dan membentuk karakter kita. Dengan begitu kita bisa menghasilkan buah-buah
yang baik untuk dibagikan kepada orang lain di luar keluarga kita.
Ketika kita meminta kesabaran, mungkin Tuhan akan membuat
Mama lebih cerewet dari biasanya. Ketika
kita meminta kasih, kita akan diperhadapkan dengan kelemahan-kelemahan istri
yang perlu kita terima dan mengerti.
Ketika kita meminta kemurahan hati, mungkin Tuhan akan melatih kita
dengan mengizinkan anak-anak yang melakukan kesalahan untuk kita ampuni.
Saat kita sudah lulus uji karakter di dalam rumah, kita akan
menghasilkan buah yang baik di luar rumah.
Dan buah yang baik ini dapat dinikmati semua orang, dan menjadi berkat
untuk banyak orang. Buah yang baik berasal
dari pohon yang baik. Dari pohonlah
suatu pohon dikenal. Bagaimana bisa kita
memberikan buah yang baik saat tidak ada kehidupan yang baik dari pohon tempat
kita bertumbuh? Buah tersebut hanya
menjadi buah karbitan dan rekayasa, bukan murni dengan kualitas yang baik.
Mari belajar untuk pertama-tama menunjukkan integritas dan sikap
yang baik kepada anggota keluarga kita sendiri.
Kasihi mereka, seberapapun menyebalkannya mereka. Telepon orang tua kita sekedar menanyakan
kabar mereka, sehingga anak-anak kita tahu bahwa seorang anak harus mengasihi
orang tuanya. Kasihi anak-anak kita saat
mereka berbuat kesalahan, sehingga mereka mengerti dan belajar bagaimana mereka
harus mengampuni orang lain. Berikan
kata-kata yang membangun kepada suami atau istri kita, ucapkan kata-kata yang
penuh kasih. Saat kasih kita sempurna di
dalam keluarga, kasih Tuhan nyata atas hidup kita dan kita menjadi berkat bagi
orang lain
No comments:
Post a Comment