Search

23.1.18

TOPENG



Mat 12:33  Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.

Beberapa bulan yang lalu, saya baru saja berkenalan seorang rekan yang cukup ramah dan sopan, tutur bicaranya cukup baik, dan ramah kepada setiap orang.  Jika kami berkumpul bersama teman-teman lainnya, kehadirannya pasti membawa suasana menjadi lebih ceria dan seru.  Namun saya kaget saat suatu hari ia menjawab telepon dengan agak sembunyi-sembunyi, dengan cukup ketus dan ia setengah membentak orang yang sedang ia ajak bicara.  Mimik mukanya langsung berubah masam dan cemberut.  Sama sekali berbeda dengan pembawaan dirinya selama ini.  Tak lama setelah ia menyudahi pembicaraannya di telepon, spontan mimik mukanya kembali ceria seperti sedia kala, seperti tidak ada apapun yang terjadi sebelumnya.  Di pertemuan-pertemuan berikutnya, barulah saya tau, jika orang tuanya meneleponnya, dia akan selalu menjawab teleponnya seperti itu.

Sungguh ironi bukan?  Kita bisa mengumbar senyum kebahagiaan dengan orang yang baru atau bahkan belum dan tidak kita kenal, namun bersikap begitu ketus dengan anggota keluarga terdekat kita sendiri.  Di luar rumah mungkin kita dikenal sebagai pribadi yang ramah kepada orang lain, namun di rumah kita bersikap begitu dingin.  Seakan-akan, kehidupan yang kita kenakan di luar rumah adalah kehidupan bertopeng.  Saat kita pulang ke keluarga kita, kita melepas topeng tersebut dan menjadi diri kita yang “sesungguhnya”.

Keluarga adalah tempat pertama di mana seharusnya kita mempraktekkan kasih dan teladan yang baik.  Anggota keluarga kita, seberapapun menyebalkannya mereka, adalah orang-orang yang ditempatkan TUhan untuk menempa dan membentuk karakter kita.  Dengan begitu kita bisa menghasilkan buah-buah yang baik untuk dibagikan kepada orang lain di luar keluarga kita.

Ketika kita meminta kesabaran, mungkin Tuhan akan membuat Mama lebih cerewet dari biasanya.  Ketika kita meminta kasih, kita akan diperhadapkan dengan kelemahan-kelemahan istri yang perlu kita terima dan mengerti.  Ketika kita meminta kemurahan hati, mungkin Tuhan akan melatih kita dengan mengizinkan anak-anak yang melakukan kesalahan untuk kita ampuni.

Saat kita sudah lulus uji karakter di dalam rumah, kita akan menghasilkan buah yang baik di luar rumah.  Dan buah yang baik ini dapat dinikmati semua orang, dan menjadi berkat untuk banyak orang.  Buah yang baik berasal dari pohon yang baik.  Dari pohonlah suatu pohon dikenal.  Bagaimana bisa kita memberikan buah yang baik saat tidak ada kehidupan yang baik dari pohon tempat kita bertumbuh?  Buah tersebut hanya menjadi buah karbitan dan rekayasa, bukan murni dengan kualitas yang baik.

Mari belajar untuk  pertama-tama menunjukkan integritas dan sikap yang baik kepada anggota keluarga kita sendiri.  Kasihi mereka, seberapapun menyebalkannya mereka.  Telepon orang tua kita sekedar menanyakan kabar mereka, sehingga anak-anak kita tahu bahwa seorang anak harus mengasihi orang tuanya.  Kasihi anak-anak kita saat mereka berbuat kesalahan, sehingga mereka mengerti dan belajar bagaimana mereka harus mengampuni orang lain.  Berikan kata-kata yang membangun kepada suami atau istri kita, ucapkan kata-kata yang penuh kasih.  Saat kasih kita sempurna di dalam keluarga, kasih Tuhan nyata atas hidup kita dan kita menjadi berkat bagi orang lain

No comments:

Post a Comment