Search

23.1.18

Minuman Anggur yang Tumpah



Saat pulang kerja di suatu sore hari, sang Ayah begitu sangat marah melihat minuman anggur mahal yang baru saja dibelinya sepulang dari tugas dinasnya di luar negeri berceceran di lantai dapur.  Melihat pemandangan itu, sang Ayah langsung menebak bahwa ini pasti ulah anak perempuannya yang masih berumur 3 tahun.
Belum sempat ia memanggil anaknya untuk memarahinya, dari sudut ruangan lain, sang anak muncul dengan muka polos dan tidak bersalah lari menghampiri ayahnya untuk memeluknya.  Dalam kegeramannya, ia mencoba tetap tersenyum dan membalas pelukan hangat anaknya.  Lalu secara hati-hati, ia bertanya kepada putrinya, apa yang telah ia lakukan dengan botol minuman anggur ayahnya.  Dengan polos, ia menjawab “Kata Mama, hari ini Papa ulang tahun, jadi aku mau kasih hadiah buat Papa.”  Ia lari sebentar ke dapur, lalu membawa segelas minuman anggur untuk ayahnya.  Hal ini selalu dilakukan ibunya untuk sang ayah saat ia pulang kerja: membawa segelas minuman kopi atau teh untuk menghilangkan keletihan setelah bekerja seharian.  Rupanya sang anak ingin berbuat sesuatu untuk ayahnya di hari spesialnya.  Dengan kepolosannya sebagai seorang anak kecil, ia berusaha menunjukkan bahasa kasihnya untuk sang ayah.  Dan tindakan manis tadi, saya yakin, akan meluluhkan kemarahan ayah manapun di dunia ini.
Tuhan rindu keluarga menjadi tempat pertama kasih diperkenalkan kepada anak-anak.  Bahkan wujud nyata kasih kepada Tuhan, haruslah pertama didemonstrasikan di dalam keluarga.  Oleh karena itu, nilai-nilai kasih yang Tuhan ingin kita miliki haruslah seperti kasih yang sudah Tuhan tunjukkan untuk kita.
Kasih itu proaktif, dan ia perlu dikerjakan (love is a verb, not noun), dipelihara, dan dinyatakan dalam kehidupan berkeluarga sehari-hari. 
Sudahkah tindakan kasih kita menjadi nyata dalam keluarga kita?  Jika belum, marilah kita yang menjadi pelopor kegerakan kasih tersebut.  Tidak peduli bagaimana kondisi keharmonisan keluarga kita sebelumnya, namun percayalah, kasih dapat mengubahnya menjadi jauh lebih baik. 
Pada akhirnya, mengapa kita perlu mengasihi lebih dulu?  Karena Tuhan sudah menunjukkannya terlebih dulu, bahwa ia mengasihi kita bahkan pada saat kita masih berdosa.

No comments:

Post a Comment