Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah
dan buahmu itu tetap,. Yohanes 15:16
Sebagai
seorang istri dan ibu, adalah tugas saya untuk menjaga kesehatan seluruh
anggota keluarga saya lewat pola makan kami.
Sebisa mungkin, harus selalu ada buah-buahan di rumah untuk kami
konsumsi setiap harinya. Namun, ada juga
saat-saat di mana buah-buahan yang saya beli akhirnya harus berakhir di tong
sampah karena sudah menjadi busuk sebelum kami sempat mengkonsumsinya. Biasanya karena saya yang membeli buah
terlalu banyak, atau kami yang lupa atau tidak sempat mengkonsumsinya.
Karena saya
yang membuangnya ke tong sampah, rasanya tidak tega juga merelakannya dibuang
begitu saja. Saya membayangkan bagaimana
jika buah-buah ini punya perasaan dan bisa bicara. Berlebihan memang, namun Tuhan memberikan
sebuah insight dari kejadian
ini. Apakah buah tersebut akan sedih
saat mereka tahu saya membuangnya begitu saja?
Dan apakah si pohon darimana buah itu berasal juga akan ikut marah dan
bersepakat untuk “mogok berbuah”?
Bagaimana ya jadinya jika mereka bisa protes kepada manusia? Mungkinkah mereka akan bilang, “Kamu tidak
tahu ya betapa susah dan berjuangnya kami sejak kami masih berupa bibit, hingga
sekarang menjadi buah yang manis? Dan
kamu membuangnya begitu saja?”
Saya rasa,
mereka tidak akan seperti itu, karena buah dihasilkan bukan untuk keuntungan si
buah maupun si pohon itu sendiri, namun untuk dapat dinikmati oleh orang lain.
Menjadi berbuah berarti tidak hitung-hitungan dan mencari keuntungan apa yang
bisa didapat dari apa yang sudah kita lakukan ataupun perjuangkan. Ia akan tetap berbuah manis, sekalipun ia
tidak dinikmati orang lain, atau bahkan diperlakukan orang dengan tidak
semestinya. Proses dari sebuah bibit
menjadi buah yang manis memang membutuhkan perjuangan untuk mematikan keinginan
daging, setia dalam penantian waktu, dan beriman dan tetap berharap meskipun
keadaan tidak seperti yang kita harapkan, dan konsisten untuk mau terus
bertumbuh. Namun ia tidak akan menjadi
marah dan kecewa ketika ia tidak “dinikmati” dan malah “dibuang” oleh orang
lain. Ia akan tetap berbuah walaupun
proses yang ia alami tidak mudah.
Tuhan ingin
kita untuk berbuah, dan buah kita itu tetap.
Buah tidak bisa dihasilkan dari sesuatu yang instant. Ia butuh proses, ia butuh pengorbanan, dan ia
tidak memikirkan dirinya sendiri.
Fokusnya hanya bagaimana menghasilkan sesuatu yang dapat menjadi berkat
dan berguna bagi orang lain, bukan dirinya sendiri.
No comments:
Post a Comment