“Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati;
tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.” Roma 8:13
Suatu kali mobil saya ditabrak cukup keras dari arah depan
oleh seorang pengendara motor saat saya hendak dalam perjalanan menuju
kantor. Saat kami berdua menepi dan saya
turun dari mobil, tanpa ba bi bu sang pengendara langsung mengomel pada saya
dan mengatakan saya tidak hati-hati dalam mengendarai mobil saya. Padahal jelas-jelas saya yang ditabrak dan
kap mobil saya sampai ringsek tidak bisa ditutup seperti seharusnya. Walaupun demikian, saya berusaha
mengingat-ingat kembali apakah saat kejadian saya keluar dari jalur yang
seharusnya hingga dia bisa menabrak mobil saya dengan cukup kencang. Namun, secara kedagingan saya, rasanya ingin
marah balik kepada si pengedara motor ini.
Bagi yang pernah ditabrak dengan tiba-tiba, pasti tahu bagaimana rasanya
bukan? Kesal, marah, panik, sedih,
campur aduk jadi satu.
Saya berusaha tetap bersikap tenang dan tidak ikut-ikutan
menjadi panas. Saya lihat keadaan motor
nya, secara sekilas hanya rusak bagian plat nomor saja. Pun si pengendara terlihat baik-baik saja,
tidak jatuh ke aspal sedikitpun.
Lagipula mobil saya pun di asuransikan, saya tidak perlu membayar biaya
perbaikan mobil tersebut. Singkat
cerita, akhirnya saya membiarkan si pengendara motor ini pergi tanpa membayar
sepeserpun kepada saya. Saya lihat
kerusakan mobil saya cukup parah, dan jika dia harus membayar kerusakannya,
mungkin bisa menghabiskan jutaan rupiah karena beberapa part body mobilnya ikut
rusak.
Walaupun seakan ada suara dalam hati saya yang menyesali
mengapa saya “dengan bodohnya” membiarkan dia pergi, namun saya yakin bahwa
saya sudah mengambil keputusan yang tepat.
Saya berhasil menguasai diri saya sendiri untuk marah dan bertindak
dengan hikmat.
Dari kejadian tersebut, Tuhan mengajarkan saya sesuatu. Saat kita bisa menjaga situasi hati kita,
kita akan dapat menguasai pikiran kita, perasaan kita, perkataan kita, dan akhirnya
perbuatan kita. Untuk menguasai hati
kita, tidak mudah, karena hanya Tuhanlah yang bisa melakukannya. Saat kita memenuhi hati kita dengan Roh dan
kebenaran firman Tuhan, Tuhan menguasai seluruh aspek kehidupan kita.
Semua dimulai dari bagaimana hubungan kita dengan
Tuhan. Ketika kita berakar dan bertumbuh
di dalam firmanNya, Tuhan akan diam dan tinggal di dalam kita dan menguasai
kehidupan kita seluruhnya: hati, pikiran, perasaan, bahkan perbuatan kita
No comments:
Post a Comment