Marilah,
baiklah kita berperkara! — firman TUHAN — Sekalipun
dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun
berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Yes
1:18
Anak saya saat ini berusia 4 tahun dan
sesekali saya mulai memperkenalkan percobaan-percobaan ilmiah sederhana yang
bisa saya jelaskan kepadanya dengan bahasa yang dapat dia mengerti. Misalnya mengenai bagaimana gunung dapat
mengeluarkan lava, mengapa telur bisa tenggelam dan mengapung, mengapa air
dalam gelas yang berisi tissue bisa berkurang dan pindah ke tissue tersebut,
dan lain sebagainya.
Salah satu percobaan yang menarik
adalah saat kami bersama-sama menuangkan air yang sudah diberi pewarna merah sebanyak
setengah gelas. Kemudian kami menaruh
gelas tersebut di bawah keran air dan membiarkan keran tersebut menyala dan
mengisi penuh gelas tersebut. Lama
kelamaan, warna air di dalam gelas tersebut bukan lagi merah, namun seluruhnya
bening.
Dengan percobaan sederhana seperti itu
pun, saya dapat menjelaskan mengenai konsep dosa dan pengampunan kepada anak
saya. Saat kita berdosa, Tuhan selalu
mengampuni semua dosa-dosa kita dan hidup kita disucikan oleh kuasa darahNya. Hal yang sama pula terjadi saat kita
dikecewakan oleh orang lain, pengampunan yang kita berikan terus menerus akan
memurnikan hati kita sehingga lama kelamaan kita tidak lagi dipenuhi kebencian,
amarah, dendam, dan emosi-emosi negatif lainnya, melainkan dengan kasih Kristus
yang melekat dengan hati kita.
Saat kita memutuskan untuk mengampuni
orang yang menyakitkan hati kita, sebenarnya kita sedang menyangkal dan
menyalibkan kedagingan kita. Secara
daging, tidak mudah mengampuni orang yang telah mengecewakan kita, karena hal
ini bertentangan dengan perasaan kita.
Namun secara roh, mengampuni akan membawa kita semakin dewasa secara
rohani sehingga hidup kita semakin berkenan di hadapan Tuhan. Mengampuni adalah soal sikap hati dan keputusan
kita, namun kita melakukannya bukan karena kekuatan kita sendiri. Tuhanlah yang memampukan kita untuk
melakukannya, karena kita menyerahkan kedagingan kita kepadaNya.
Seringkali kita merasa dengan
mengampuni, kita menjadi orang yang kalah.
Namun sesungguhnya, kitalah yang menang karena kita bisa mengatasi ego
kita sendiri, dan saat itulah kita sedang melangkah satu maju lebih depan
menuju kedewasaan rohani kita. Sudahkah Saudara
mengampuni orang-orang yang pernah melukai hati Saudara
No comments:
Post a Comment