Search

23.1.18

SETENGAH GELAS AIR BERWARNA MERAH



Marilah, baiklah kita berperkara!  —  firman TUHAN  —  Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Yes 1:18  

Anak saya saat ini berusia 4 tahun dan sesekali saya mulai memperkenalkan percobaan-percobaan ilmiah sederhana yang bisa saya jelaskan kepadanya dengan bahasa yang dapat dia mengerti.  Misalnya mengenai bagaimana gunung dapat mengeluarkan lava, mengapa telur bisa tenggelam dan mengapung, mengapa air dalam gelas yang berisi tissue bisa berkurang dan pindah ke tissue tersebut, dan lain sebagainya.
Salah satu percobaan yang menarik adalah saat kami bersama-sama menuangkan air yang sudah diberi pewarna merah sebanyak setengah gelas.  Kemudian kami menaruh gelas tersebut di bawah keran air dan membiarkan keran tersebut menyala dan mengisi penuh gelas tersebut.  Lama kelamaan, warna air di dalam gelas tersebut bukan lagi merah, namun seluruhnya bening.
Dengan percobaan sederhana seperti itu pun, saya dapat menjelaskan mengenai konsep dosa dan pengampunan kepada anak saya.  Saat kita berdosa, Tuhan selalu mengampuni semua dosa-dosa kita dan hidup kita disucikan oleh kuasa darahNya.  Hal yang sama pula terjadi saat kita dikecewakan oleh orang lain, pengampunan yang kita berikan terus menerus akan memurnikan hati kita sehingga lama kelamaan kita tidak lagi dipenuhi kebencian, amarah, dendam, dan emosi-emosi negatif lainnya, melainkan dengan kasih Kristus yang melekat dengan hati kita.
Saat kita memutuskan untuk mengampuni orang yang menyakitkan hati kita, sebenarnya kita sedang menyangkal dan menyalibkan kedagingan kita.  Secara daging, tidak mudah mengampuni orang yang telah mengecewakan kita, karena hal ini bertentangan dengan perasaan kita.  Namun secara roh, mengampuni akan membawa kita semakin dewasa secara rohani sehingga hidup kita semakin berkenan di hadapan Tuhan.  Mengampuni adalah soal sikap hati dan keputusan kita, namun kita melakukannya bukan karena kekuatan kita sendiri.  Tuhanlah yang memampukan kita untuk melakukannya, karena kita menyerahkan kedagingan kita kepadaNya.
Seringkali kita merasa dengan mengampuni, kita menjadi orang yang kalah.  Namun sesungguhnya, kitalah yang menang karena kita bisa mengatasi ego kita sendiri, dan saat itulah kita sedang melangkah satu maju lebih depan menuju kedewasaan rohani kita.  Sudahkah Saudara mengampuni orang-orang yang pernah melukai hati Saudara

No comments:

Post a Comment