“Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang
bijaksana, bersabar.” (Amsal 14:17)
Beberapa kali saya menonton sebuah acara di televisi yang
membahas sebuah kejadian tindak kriminal yang saat itu sedang terjadi. Dalam tayangan tersebut diceritakan kronologi
kejadian berdasarkan pengakuan si pelaku dan kesaksian dari para saksi
mata. Diceritakan juga apa sebenarnya
motif si pelaku dan latar belakang yang menyebabkan si pelaku nekat melakukan
aksinya. Dari beberapa kejadian yang
saya tonton, saya menyimpulkan, ada sebuah kesamaan latar belakang yang
menyebabkan aksi konyol tersebut terjadi.
Kesamaan itu adalah bahwa si pelaku kehilangan penguasaan
dirinya dan ia menuruti hawa nafsunya saat itu untuk melakukan tindak kejahatan
pada si korban. Entah itu karena omongan
yang tidak enak didengar, sikap yang tidak menyenangkan, atau tak jarang pula
karena asumsi pribadi yang tidak terbukti kebenarannya.
Sahabat, berapa banyak tindakan-konyol-yang-tidak-perlu telah terjadi hanya karena kita
kehilangan penguasaan diri. Komunikasi
yang tidak lagi terjalin, hubungan yang rusak, bahkan mungkin ada pihak-pihak
lain yang dirugikan. Kemudian tak jarang
pada akhirnya, kita menyesali perbuatan tersebut.
Yakobus berkata, “Hai
saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat
untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah
sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.”
No comments:
Post a Comment