Search

5.8.18

MAU ATAU MAMPU?


Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? Kel 4: 11

Dalam satu kesempatan ketika kami sedang berlibur ke sebuah tempat dan bersantap di sebuah restoran, anak perempuan saya yang saat itu baru berumur 4 tahun meminta saya untuk menambahkan kecap pada makanan yang ia santap.  Namun alih-alih saya meminta kecap kepada sang pramusaji, saya melatih anak saya untuk meminta sendiri apa yang ia inginkan kepada sang pramusaji tersebut.  Saya melakukannya karena saya ingin melatih keberanian dan kemandiriannya serta kepercayaan dirinya kelak.  Saya seringkali melatihnya dari hal-hal sepele seperti memutuskan tempat makan mana yang kami akan tuju untuk makan siang, atau membiarkannya ikut berpendapat saat kami menemukan sebuah situasi yang membuat kami perlu memutuskan sebuah keputusan dan solusi sederhana yang paling tepat. 

Setelah saya memiliki anak, saya mengerti bahwa demikian pula cara Tuhan juga mendidik saya seperti seorang anak dalam hal kepemimpinan.  Tuhan seringkali membawa saya pada situasi dan kejadian yang membuat saya untuk belajar membuat keputusan dan berani bertanggungjawab atas keputusan yang saya buat.  Entah mengapa saya selalu ditunjuk untuk berdoa dalam setiap acara keluarga.  Atau mengapa selalu saya yang ditunjuk untuk presentasi tahunan dalam tim kami di kantor.  Pada situasi-situasi tertentu, saya sangat punya alasan yang logis untuk mengeluh mengapa Tuhan membawa saya pada situasi yang tidak mengenakkan seperti itu.  Namun, saya sadar, bahwa seperti orang tua yang mengajar anaknya lewat hal-hal sederhana, demikian pula Tuhan.  Dalam hal-hal yang tidak saya sadari tersebut, banyak hal yang saya pelajari, dan saya sadar, Tuhan sedang mengembangkan kapasitas saya untuk menjadi semakin besar.
 
Jadi, jangan anggap sepele dan jangan pandang sebelah mata pada setiap kejadian dan kesempatan sederhana yang Tuhan percayakan dalam hidup kita.  Ketika Tuhan ingin menjadikan kita kepala dan bukan ekor, kita akan dihadapkan pada situasi yang sulit, yang pada akhirnya membuat kita belajar untuk tidak menyerah dan patah semangat, untuk tetap berani berdiri dan berjalan walaupun kita terjatuh, dan untuk tetap mau mengambil tanggung jawab berdiri di paling depan dan memimpin jalan mana yang akan diambil oleh tim yang dipercayakan kepada kita.  

Seringkali, kita menganggap kita bahwa diri kita tidak mampu, namun, Tuhan tidak mencari orang yang mampu.  Ia mencari orang yang mau mendengarkan suaraNya dan taat pada setiap kehendakNya.

No comments:

Post a Comment