Search

5.8.18

EGO

Anak pertama saya hampir berumur empat tahun ketika saya melahirkan anak kedua saya dua tahun lalu.  Sejak saat itu, dunia yang tadinya hanya miliknya seorang, kini harus ia jalani berdua dengan adiknya.  Antara kasihan namun bangga, dalam hal-hal tertentu, anak pertama saya harus belajar mementingkan kepentingan orang lain di usia yang masih kecil itu.  Seringkali, ia masih harus terus belajar untuk mematikan ego nya dan mengalah ketika adiknya merebut mainan yang ia pegang.  Namun, ketika saya mengingat kembali, ia sudah jauh banyak berubah dari dua tahun yang lalu.  Saat ini, ia sudah bertumbuh semakin dewasa, ia sudah mengerti bagaimana sikap seorang kakak seharusnya kepada adiknya.  Walaupun begitu, saya harap, adiknya nanti juga bisa belajar untuk menjadi dewasa seiring dengan perkembangan umurnya.  



Kita mungkin sudah sangat sering mendengar kata-kata ini: Kedewasaan seseorang tidak ditentukan dari usianya, namun dari karakternya.  Kita bisa mengenal orang-orang yang sangat mudah tersinggung dan marah saat situasi berubah menjadi tidak mengenakkan.  Atau orang-orang yang membalas dengan sikap yang kurang baik saat ia disakiti oleh orang lain.  Atau orang-orang yang membalas kebaikan seseorang hanya kepada orang yang memberi keuntungan untuk kehidupannya.

Lebih tepatnya, kedewasaan ditentukan dari ego nya.  Semakin rendah tingkat ego nya, semakin dewasa karakternya.  Apakah ia masih bisa mengasihi saat disakiti?  Apakah ia masih bisa memberikan pengampunan walaupun ia diperlakukan tidak adil dan tidak mengenakkan oleh seseorang?  Apakah ia mau mendahulukan kepentingan orang lain dan tidak melulu hanya memikirkan dirinya sendiri?

Kita dipanggil untuk suatu tujuan dan pekerjaan yang mulia, dan kita yang tidak layak karena dosa, sudah disucikan dan dikuduskan oleh Allah untuk melakukan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya.  Jadi, hidup kita bukanlah milik kita sendiri.  Oleh karena itu, hiduplah sebagaimana kita seharusnya hidup untuk Allah.  Tanggalkan semua ego kita dan biar kehendak Tuhan yang bekerja atas hidup kita.  More of you, less of me.

No comments:

Post a Comment