Tetapi
harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan
yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
2
Korintus 4:7
Seorang Alvi Radjajagukguk,
yang dipercaya untuk menggembalai seluruh unit kelompok sel di gereja JPCC,
pernah menceritakan pergumulannya mengenai dua pilihan yang harus dia ambil:
kerja di bank dengan gaji 30 juta sebulan (pada tahun 1999 – bayangkan sebesar
apa nilai uang saat itu di tengah krisis ekonomi yang sedang melanda
Indonesia), atau menjadi seorang pelayan full timer di sebuah gereja kecil yang
baru berdiri – saat itu (JPCC) yang entah akan dibawa ke mana (sebelumnya ia
berjemaat di sebuah gereja lokal besar dan kuat di Jakarta). Dia begitu bingung karena seakan Tuhan diam
tak bicara, tak menunjukkan jalan mana yang harus ia ambil. Sepertinya dua-duanya sama-sama baik dan
tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Dengan gaji 30 juta sebulan saat itu, ia bisa dengan cepat mengumpulkan
biaya untuk ia menikah dan menabung untuk keperluan rumah tangga barunya. Namun di sisi yang lain, dengan menjadi full
timer, ia juga percaya Tuhan akan bekerja luar biasa atas hidupnya.
Dengan situasi seperti ini, ia
berkomitmen untuk melakukan doa dan puasa selama 40 hari untuk mendengar apa
yang Tuhan inginkan dalam kehidupannya.
Dan doa itu akhirnya terjawab di hari ke-37. Pada saat itulah ia yakin dan percaya bahwa
Tuhan ingin bekerja maksimal lewat kehidupannya dengan ia melayani gereja kecil
yang baru berdiri beberapa bulan tersebut saat itu. Lihat apa yang Tuhan buat lewat kehidupannya
saat ini. Ia menggembalai seluruh unit
kelompok sel di sebuah gereja lokal yang terkenal kuat dengan pujian
penyembahan dan komunitas selnya di Jakarta.
Terkadang Tuhan seakan membuat
kita terjepit dan tanpa pertolongan ketika dihadapkan dengan sebuah
masalah. Dalam kondisi seperti ini,
Tuhan ingin agar kita mendengar suara Tuhan dan menaati apa yang Dia rancangkan
dalam kehidupan kita, agar Dia bisa bekerja maksimal sesuai rencanaNya.
Dengan berdoa dan berpuasa,
kita dilatih untuk menjadi peka akan suara Tuhan sehingga kita bisa mengerti
benar apa yang menjadi kehendakNya.
Tidak selalu doa dan keinginan kita yang terkabul, namun jika kita taat,
Tuhan membuat hati kita rela untuk melepaskan hak hidup kita dan membiarkan
Tuhan berdaulat atas kehidupan kita.
No comments:
Post a Comment