Search

12.3.08

Satpam

“Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku.” (Amsal 30:8b)

Suatu kali, teman saya pernah mewawancarai dua orang satpam sekolah sewaktu SMA dulu. Dia bertanya apakah gaji yang mereka dapatkan selama satu bulan dari pihak sekolah cukup untuk menghidupi keluarganya. Satpam yang pertama mengatakan bahwa gaji yang diberikan oleh pihak sekolah sangat kecil sehingga ia merasa gajinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan istri dan empat anaknya. Namun teman saya sedikit terkejut mendengar jawaban satpam yang kedua. Satpam tersebut bilang, “Yaah… Dengan gaji yang saya dapat, saya harus bisa mencukup-cukupkannya.”. Sungguh dua jawaban yang sangat berbeda.

Mari kita refleksikan dalam kehidupan kita. Apakah kita termasuk orang yang selalu mengeluh kepada Tuhan bahwa berkat yang sudah Tuhan percayakan kepada kita kurang banyak, seperti satpam pertama? Ataukah kita selalu bersyukur atas semua berkat yang Tuhan berikan dan mengelolanya dengan baik, seperti satpam yang kedua?Sahabat NK, orang yang selalu merasa berkekurangan tidak akan pernah bisa mengucap syukur atas berkat yang telah dia terima. Sehingga berkat tidak akan dapat mengalir secara berlimpah dalam kehidupannya, karena sikap hatinya yang demikian. Seberapa banyak berkat yang Tuhan percayakan kepada kita, kita sebaiknya dapat mengelolanya dengan baik dan bijaksana sehingga dapat mencukupi kebutuhan kita. Jika kita tidak merasa bahwa berkat yang Tuhan berikan ‘kurang’, maka kita tidak pernah merasa berkekurangan, sebaliknya kita akan benar-benar merasakan bahwa Tuhan mencukupi kebutuhan kita dengan berkatNya. Dengan demikian, kita bisa memberi berkat yang kita dapat kepada Tuhan dan orang lain yang membutuhkan, dari kekurangan kita. Dan percayalah, Tuhan memberikan berkat kepada kita, sesuai dengan kapasitas kita.

No comments:

Post a Comment