Yesus tahu betul bahwa sebentar lagi Ia akan disalibkan. Ia tahu bahwa kota yang Ia kasihi akan membunuh-Nya, sebagaimana mereka telah membunuh para nabi sebelumnya. Tapi yang ada dalam hati-Nya bukan pembalasan, melainkan kasih. Ia tetap ingin merangkul mereka. Ia tetap ingin menyelamatkan. Betapa luar biasanya kasih semacam itu—kasih yang tetap memilih untuk memberi walaupun tahu akan ditolak.
Mengapa sering kali kita menolak kasih dan belas kasih Tuhan? Bukankah kita justru sangat membutuhkannya? Namun itulah ironi terbesar: Tuhan mengasihi kita jauh sebelum kita sadar bahwa kita jatuh dalam dosa. Bahkan, sebelum kita sadar bahwa dosa membawa kita menuju maut. Misi penyelamatan-Nya sering kali kita anggap sebagai kungkungan, batasan, dan ancaman terhadap "kebebasan" kita. Kita merasa Tuhan sedang mengatur hidup kita terlalu banyak, padahal semua yang Ia lakukan adalah untuk menyelamatkan kita dari kehancuran.
Iblis bekerja dengan licik, membuat kita percaya bahwa kita baik-baik saja tanpa Tuhan. Kita dibuat merasa tidak perlu diselamatkan. Kita tidak merasa butuh pertolongan, karena yang rusak tidak terlihat di permukaan. Padahal, jauh di dalam hati dan jiwa, kita sedang menjauh dari Sang Sumber Hidup. Kita berjalan menuju jurang, tapi merasa sedang di jalan yang benar.
Kasih Tuhan bukanlah respons terhadap cinta kita—itu inisiatif-Nya. Tuhan mengasihi kita bahkan saat kita masih berdosa. Ia tidak menunggu kita berubah dulu, tidak menunggu kita sadar dulu, tidak menuntut jaminan bahwa pengorbanan-Nya akan dibalas. Dia tetap memilih salib, sekalipun Ia tahu banyak hati akan tetap dingin. Dia memilih mati, agar setiap orang—yang sadar maupun belum sadar—punya kesempatan untuk hidup yang kekal.
Salib adalah undangan, bukan paksaan. Pelukan Tuhan terbuka lebar, tapi tidak memaksa. Ia ingin kita datang dengan kerelaan hati. Namun setiap hari, Ia tetap berdiri di jalan, menunggu kita pulang. Menunggu kita berhenti lari. Menunggu kita percaya bahwa tidak ada tempat seaman dan sehangat pelukan-Nya.
Hari ini, jika suara Tuhan mengetuk hatimu, jangan keraskan hatimu. Jangan biarkan tipu daya dunia dan dusta iblis terus membutakan. Kasih itu nyata. Belas kasih itu tersedia. Dan pelukan itu... masih terbuka lebar untukmu.