Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku
menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang
hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang
sejati.
Saat kita masih anak-anak, hari Natal pasti menjadi hari
yang paling kita tunggu-tunggu. Biasanya
orang tua atau sanak saudara kita akan memberikan kita hadiah-hadiah
Natal. Bahkan, tak jarang dari kita yang
mungkin menagih “jatah” hadiah Natal kita, atau malah menyiapkan _wish list_
hadiah yang kita inginkan untuk orang tua kita.
Namun, beranjak dewasa, kita semakin mengerti bahwa momen Natal adalah
saat di mana kita merenungkan bahwa justru bukan kitalah yang pantas mendapat
hadiah, tapi hadiah terbaik apa yang dapat kita berikan bagi Tuhan.
Sama seperti konsep mengenai penyembahan. Penyembahan bukanlah tentang kita, tapi
tentang Tuhan. Penyembahan bukanlah
tentang perasaan kita, atau menyampaikan keinginan kita, dan segala sesuatu tentang
hidup kita. Tapi apa yang dapat kita
berikan sebagai persembahan yang kudus dan berkenan bagiNya.
Oleh karena itu penyembahan berarti memberikan sesuatu yang
kita miliki untuk Tuhan. Mungkin
keegoisan kita, segala rencana-rencana kita, waktu kita yang berharga bagi
Tuhan, dan lain sebagainya. Karena
penyembahan bukan tentang kita, berarti kita perlu mematikan kedagingan kita
dan membiarkan kehendakNya yang terjadi dalam hidup kita. Sobat, izinkan Tuhan berdaulat atas hidup
kita dan berkuasa atas kehendak kita, sehingga kita dapat hidup bagi
kemuliaanNya.
No comments:
Post a Comment