Search

1.3.16

Mengosongkan Diri

“…walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
Filipi 2:6-8

Ada seorang pengusaha yang baru saja memulai usaha bisnisnya sekitar setahun yang lalu.  Ia memiliki seorang anak buah yang selama ini selalu ia percayai karena kejujuran dan sikap kerjanya yang baik.  Namun suatu hari bawahannya mengambil uang hasil usahanya dalam nilai yang cukup besar saat itu.  Saat ditanya, ia mengaku menyesal dan meminta kesempatan kedua untuk dapat mengembalikan uang tersebut secara bertahap dan tetap bekerja pada dirinya.  Saat itu ia bergumul sekali untuk bisa tetap mengampuni orang tersebut.  Akhirnya ia memutuskan untuk mengampuninya dan tetap mempekerjakan orang tersebut di perusahaannya.  Namun, memang, setelah kejadian tersebut, sangat sulit untuk lagi memercayai orang tersebut dan ia mulai bersikap dingin pada bawahannya.

Suatu hari, lama setelah kejadian tersebut, usaha si pengusaha mulai berkembang menjadi jauh lebih baik.  Namun, entah mengapa dengan kejadian yang sama, si bawahan tersebut kembali dengan diam-diam mengambil uang perusahaan dengan nilai yang jauh lebih besar, dan kali ini ia kabur entah kemana. 

Mengetahui hal ini, ia benar-benar menjadi marah dan sangat emosional sekali.  Ia juga sempat protes pada Tuhan, mengapa ia tetap mengalami hal ini padahal ia merasa sudah melakukan apa yang benar, yaitu mengampuni orang tersebut. 

Dalam kekecewaannya, ia datang pada Tuhan dan meminta Ia memulihkan keadaannya.  Lalu ia lalu menyadari, bahwa saat pertama ia mengalami kejadian ini, ia belum sepenuhnya mengampuni dan mengasihi orang tersebut.  Dan saat yang kedua tersebut, seolah-olah Tuhan ingin menyadarkannya, bahwa untuk bisa mengampuni dan mengasihi seseorang, kita tidak bisa tetap mempertahankan ego dan status sosial kita.  Mengampuni dan mengasihi seseorang yang sesungguhnya adalah sama seperti yang Yesus ajarkan -pada kita, Ia mengosongkan dirinya sendiri dan meninggalkan status ke”Tuhan”annya untuk mengasihi dan mengampuni dosa manusia.

Bagaimana dengan Anda?  Apakah masih ada pergumulan dan perjuangan yang sedang Anda alami untuk mengasihi dan mengampuni seseorang?  Ingatlah, mengasihi yang sesungguhnya akan memulihkan kehidupan Anda dan membuka pintu berkat dan kegenapan janji Allah yang besar dalam hidup Anda.

No comments:

Post a Comment