Search

1.3.16

Jokowi

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Filipi 2:8

Sejak dua hingga tiga tahun belakangan ini, sosok bernama “Jokowi” sering sekali kita dengar dan mendadak namanya menjadi tenar saat menjelang pemilihan guberner DKI Jakarta beberapa saat yang lalu.  Tanpa bermaksud mengagung-agungkan dirinya dan membanding-bandingkannya dengan tokoh yang lain, ada satu sisi dari sifat hidupnya yang perlu kita apresiasi.

Sejak namanya muncul, istilah “blusukan” kini menjadi tidak asing lagi di telinga kita.  Ya, beliau nampaknya adalah orang yang paling gemar untuk turun ke lapangan dan melihat sendiri kondisi sambil dengan rendah hati melayani setiap pertanyaan dan mendengarkan keluh kesah rakyat jelata.  Ia tidak hanya duduk di belakang meja kerjanya dan mengatur seluruh kebijakan dari kantor tempatnya bekerja, namun ia turun sendiri untuk melihat kondisi yang terjadi.

Selain itu, ia juga lebih memilih mobil dinas yang biasa-biasa saja dan menolak untuk menggunakan mobil dinas yang mahal dan memang menjadi standard para pejabat-pejabat pemerintahan saat itu.  Mengapa ia lakukan ini?  Selain mungkin dilihat dari sisi pemangkasan biaya operasional, saya yakin hal itu ia lakukan karena menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang merakyat, dan ia memposisikan dirinya sama dengan kebanyakan masyarakat.

Setiap orang di dunia Tuhan ciptakan dengan ego dan kehendak bebas yang bisa ia gunakan untuk berpikir dan memutuskan sesuatu.  Namun, ketika kita mengenal Tuhan dan menerima Dia sebagai Tuhan yang berdaulat atas kehidupan kita, kita sudah menyerahkan ego dan kehendak bebas yang kita punya dan mengizinkan kehendakNya saja yang terjadi dalam kehidupan kita. 

Satu kunci utama untuk kita bisa menyerahkan ego yang adalah kehendak dan kedagingan kita, adalah dengan menanggalkan identitas dan status sosial kita serta memiliki hati hamba yang selalu siap untuk melayani sesama demi kemuliaan Tuhan.  Sama seperti Tuhan yang melepaskan statusNya sebagai seorang Raja dan pencipta alam semesta dan menganggap diriNya sebagai seorang manusia, Ia taat sampai mati untuk melakukan kehendak BapaNya. 

Kesuksesan kita sebagai anak Tuhan bukanlah tentang pencapaian apa saja yang sudah kita raih dalam rencana kehidupan kita, namun tentang apa saja yang berhasil kita lepaskan untuk menggenapi rencana Tuhan dalam kehidupan kita.

No comments:

Post a Comment