"Tetapi carilah dahulu Kerajaan
Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."
Matius 6:33
Ada
cerita yang cukup menggelikan jika diingat-ingat. Hari itu saya sedang berpuasa rutin setiap
minggu. Waktu itu saya masih duduk di
bangku SMA. Saat itu, tidak ada satupun
dari teman-teman sekelas saya yang berpuasa seperti saya. Saya memulai puasa saya di malam hari hingga
siang hari saatnya makan siang sepulang sekolah. Saat istirahat sekolah jam setengah sepuluh
pagi, semua orang pergi ke kantin, namun saya menahan diri saya karena saya
sedang berpuasa. Godaan dari teman-teman
yang menyantap bekal nya tidak terlalu mengganggu saya karena saya meneguhkan
hati dan berusaha menyibukkan diri dengan aktivitas lain yang bisa saya lakukan
saat itu, hingga jam istirahat berakhir.
Dan kegiatan belajar mengajar kembali berjalan lagi, sampai ada satu
pelajaran yang membuat saya bosan karena sang guru hanya berceramah tanpa
henti, membahas salah satu bagian bab dalam buku cetak kami. Seorang teman kemudian menawarkan permen
supaya saya tidak mengantuk. Dan dengan
cepat tanpa pikir panjang, saya memakan permen tersebut. saat itu saya masih belum sadar, dan baru
tersadar saat saya sudah menyelesaikan puasa saya di siang hari.
Secara
aturan, seharusnya puasa tersebut dihitung tidak sah. Namun saya percaya, Tuhan lebih melihat hati
kita ketimbang segala macam aturan dan tata cara nya. Pantangan makan hanyalah sebuah “latihan” dan
symbol kita untuk memerangi keinginan daging dan kehendak kita untuk mencari
tahu kehendak Tuhan dalam hidup kita.
Karena dalam kekristenan, puasa bukanlah berarti apa-apa jika tidak
disertai doa. Oleh karena itu disebutlah
doa DAN puasa. Karena esensi dari puasa
itu sendiri adalah mencari wajah Tuhan dan kehendakNya dalam kehidupan kita,
dengan merendahkan diri di hadapan-Nya agar terjadi rekonsiliasi atau
pendamaian dengan Tuhan.
Seringkali
orang Kristen berpikir berpuasa adalah salah satu cara untuk “membujuk” Tuhan
untuk mengabulkan keinginan kita, sehingga walaupun menurut kita keadaannya
sudah tidak memungkinkan, tapi ada mujizat yang terjadi dalam waktu cepat. Kita berpuasa ketika keadaan ekonomi kita
sedang terpuruk, atau ketika nilai-nilai pelajaran kita terancam, atau ketika
keluarga kita sedang mengalami masalah.
Itu memang baik, namun motivasinya bukan supaya kita mendapatkan apa
yang kita inginkan. Tapi tujuannya
hanyalah untuk mendengarkan suara Tuhan, apa yang Ia mau kita lakukan.
Mujizat
bukanlah selalu apa yang kita inginkan terjadi dan harapan kita terkabul. Mujizat adalah suatu keadaan yang tidak
memungkinkan dalan jalan keluar yang seakan-seakan sudah buntu, namun Tuhan
bukakan jalan, yang walaupun mungkin tidak sesuai dengan keinginan kita, tapi
pasti yang terbaik yang Tuhan sediakan untuk kita.
puasa YANG dilakukan dengan
motivasi yang benar MENDATANGKAN MUJIZAT.