Search

22.9.09

Harta Karun

“Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.” (Lukas 7:38)

Pelayanan, sekali lagi, bukan hanya sebatas sebuah kegiatan rohani yang kita lakukan untuk Tuhan di gereja, bukan hanya sebatas sebuah kegiatan sosial yang kita lakukan untuk orang lain. Pelayanan bicara tentang hidup kita, apakah berkenan di hadapan Tuhan dan memuliakanNya.

Pelayanan yang terbaik bagi Tuhan adalah pelayanan yang didasari dengan sikap hati yang benar, yang mengasihi Tuhan, dan selalu ingin menyenangkan hatiNya. Pelayanan yang terbaik juga merupakan bukti penyerahan total hidup kita, untuk mengabdi (hidup) bagi Dia. Seperti wanita yang mengurapi Yesus, ia bahkan memecahkan buli-buli minyak yang harganya kira-kira setara dengan upah kerja tiga ratus hari seorang pekerja pada saat itu. Minyak wangi adalah simbol dari sesuatu hal yang berharga dalam hidup kita. Untuk memberikan pelayanan yang terbaik, wanita tersebut bahkan rela memberikan “harta”nya yang terbaik bagi Tuhan.

Sahabat, apakah yang menjadi “harta karun” kehidupan kita? Apakah itu pekerjaan kita, keluarga, teman-teman, hobi, atau hal yang lainnya? Maukah kita menyerahkan semuanya bagi Tuhan dan melayani Tuhan dengan “harta karun” tersebut sebagai persembahan yang terbaik bagiNya?

Mengaktifkan Kasih Agape

“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10)

Kita telah diselamatkan oleh kebenaran. Dan Tuhan telah menciptakan kita untuk hidup melayani Tuhan dan sesama kita. Ia telah memersiapkan suatu “pekerjaan baik” untuk kita dan Ia mau supaya kita hidup di dalamnya. Ketika kita menyadari fungsi kita adalah pelayan bagi Tuhan dan sesama kita, seharusnya kita menyadari satu hal ini: bahwa seorang pelayan tidak mementingkan kepentingannya sendiri, tetapi mendahulukan kepentingan orang lain. Jadi, Tuhan mau supaya kita tidak hidup hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk Tuhan dan untuk orang lain.

Untuk dapat hidup seperti itu, kita perlu sebuah pengikat dan dasar yang kuat, yaitu kasih agape. Kasih agape adalah kasih yang Tuhan tunjukkan kepada manusia. Kasih yang tidak mengharapkan imbalan, tanpa syarat, dan tulus. Kasih agape tidak egois, ia juga tidak mencari penghargaan dan pengakuan atas tindakan kasih yang dilakukannya dari orang lain. Kasih agape tidak memikirkan dirinya sendiri, namun selalu memberi kepada orang lain. Kasih agape sudah ada dalam diri setiap orang percaya, namun ia perlu diaktifkan dan dilatih setiap hari dengan menghadapi setiap kekurangan dan kelemahan manusia. Kasih itu panjang sabar. Ia baru muncul kalau ada orang yang membuat kita tidak sabar. Kasih itu murat hati. Ia baru muncul kalau ada seseorang yang perlu kita ampuni. Dan lain sebagainya.

Jika kita masing-masing tahu bahwa hidup kita telah dirancang oleh Tuhan untuk melayani, bukan hanya dilayani, dan kasih agape itu telah diaktifkan di dalam kita, pelayanan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari kita akan menjadi ekselen karena kita ingin menyenangkan Tuhan.

Bertekun Dalam Janji BerkatNya

“..., sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkanNya....”
(Ulangan 8:18)

Facebook. Siapa yang kini tak kenal dengan situs jejaring sosial tersebut. Bahkan kini pamornya di Indonesia mengalahkan situs pendahulunya, Friendster. Pada awalnya, situs ini sebenarnya dibuat sebagai situs jaringan pertemanan terbatas di kalangan kampus Harvard. Penggagas ide situs ini muncul dari seorang pria berumur 25 tahun yang bernama Mark Zuckerberg. Nama ‘facebook’ ia ambil dari buku Facebook, yang berisi daftar anggota komunitas dalam satu kampus dan diberikan kepada mahasiswa atau staf fakultas yang baru agar bisa lebih mengenal orang lain di kampus bersangkutan.

Mark, yang hobi mengotak-atik program pembuatan website dari kamar asramanya, menggarap proyeknya secara serius dan tekun. Hanya dalam waktu sekitar dua minggu, Facebook telah mampu menjaring dua per tiga lebih mahasiswa Harvard sebagai anggota tetap. Bukan hanya itu, Mark pun mengembangkan inovasinya sehingga situs yang ia buat memiliki nilai lebih dari situs pertemanan lainnya. Hasilnya, hingga akhir Februari 2009, pengguna account Facebook telah mencapai angka 150 juta orang. Penghargaan terakhir diterima Mark adalah dari World Economic Forum (WEF) dan termasuk 230 orang yang dianggap berpengaruh bagi dunia sebagai Young Global Leaders 2009.

Sebagian dari kita mungkin berpikir memang ada orang-orang yang dilahirkan untuk sukses dan memiliki segudang prestasi dalam hidupnya. Namun orang yang tak mengenal kebenaran pun tahu, kunci untuk hidup berprestasi adalah ketekunan dan kerja keras. Apalagi kita yang telah mengerti kebenaran. Tuhan menyatakan janji dan berkatNya bagi orang yang mengandalkan Tuhan dalam kehidupannya. Jadi kuncinya, andalkan Tuhan, dan milikilah ketekunan untuk terus berusaha.

TAK ADA KETEKUNAN YANG TAK MEMBAWA HASIL.

Membuat Allah Tersenyum

“Engkau telah menciptakan segala sesuatu, dan bagi kesenanganMu semuanya itu ada dan diciptakan.” (Wahyu 4:11 NLT—New Living Translation)

Salah satu film favorit saya saat kecil adalah film kolosal yang bercerita tentang kehidupan kerajaan di negeri Cina. Satu hal yang saya pelajari dari film tersebut adalah adegan di mana seluruh isi kerajaan tersebut, entah itu dayang, selir, pembawa pesan, atau bahkan putri dan pangerannya, menyembah Sang Raja dengan penuh hormat. Apapun yang sedang dilakukan, ketika Sang Raja lewat di depan mereka, mereka langsung menghentikan pekerjaan mereka, dan sembah sujud ke hadapan Sang Raja. Seolah-olah mereka sangat menghormati raja mereka dan apapun yang mereka lakukan dalam istana tersebut, semuanya untuk kepentingan Sang Raja dan untuk menyenangkan hati Sang Raja.

Begitu pula dengan kita. Pada saat kita dilahirkan ke dunia, Allah ingin kita hidup, dan kelahiran kita memberiNya kesenangan besar. Allah sebenarnya tidak perlu menciptakan kita, namun Dia memilih untuk menciptakan kita demi kesenanganNya sendiri, untuk kepentinganNya, untuk kemuliaanNya, dan untuk tujuanNya. Itu sebabnya penyembahan kita kepada Tuhan, bukanlah untuk kepentingan dan kesenangan kita, tapi untuk kepentingan dan kesenangan Allah sendiri.

Penyembahan, sekali lagi, bukan soal musik dan tidak ada kaitannya dengan gaya atau volume atau kecepatan lagu. Penyembahan adalah tentang mendatangkan kesenangan bagi Allah. Jadi, apapun yang kita lakukan untuk kemuliaanNya – bekerja, belajar, melayani di gereja, melakukan pekerjaan rumah tangga – dengan penuh kesadaran akan kehadiranNya setiap waktu dalam hidup kita, kita sedang menyembahNya dengan cara yang Ia inginkan.