Seorang prajurit
yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya,
supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.
2 Timotius
2:4
Di beberapa Negara seperti
Korea Selatan, Singapura, Israel, dan Negara lainnya, setiap pemuda yang
berusia sekitar 18-27 tahun diharuskan mengikuti wajib militer (National
Service,-red), sekurang-kurangnya dua tahun, untuk mengabdi pada Negara. Mereka, tak terkecuali orang kaya,
selebritis, atau pejabat sekalipun, diberikan pelatihan militer dan
dipersiapkan untuk siap angkat senjata dan berperang jika suatu saat diperlukan
untuk membela negaranya.
Dalam kamp pelatihan, tentu
saja para pemuda dikondisikan dalam keadaan yang tertekan dan kekurangan. Ia tidak dapat melakukan kehendaknya sendiri
dengan bebas, namun ia harus melaksanakan seluruh komando dari komandannya
dengan taat. Dalam pelatihan tersebut,
gelar dan jabatan social tidaklah berlaku.
Mereka semua sederajat, seorang tentara yang taat dan tunduk pada
perintah atasannya.
Seringkali kehidupan
Kekristenan kita terlalu nyaman. Kita
melayani Tuhan, namun tak jarang dari kita yang masih hidup dengan kemauan dan
kehendaknya sendiri. Hidup dalam kerajaan
Allah berarti hidup dalam pemerintahan Allah.
Bukan lagi kepentingan kita yang diutamakan, tapi kepentingan
Tuhan. Bukan lagi impian hidup kita yang
menjadi prioritas utama, tapi keinginan Tuhan yang terjadi dalam hidup
kita. Jika kerinduan Tuhan adalah jiwa-jiwa
bagi kerjaan Allah, itulah “benteng musuh” yang harus kita rebut dalam
“peperangan rohani” kita.
Apa yang menjadi prioritas kita
hari-hari ini? Masihkah kita berdoa
hanya untuk diri kita sendiri? Hiduplah
dalam panggilanNya lewat apa yang kita kerjakan dan lakukan. Di manapun Tuhan tempatkan kita, di situlah
“ladang peperangan” kita. Mari “berperang” bagi kerajaan Allah.
HIDUP DALAM
KERAJAAN ALLAH BERARTI HIDUP DALAM PEMERINTAHAN ALLAH.