Search

12.11.12

Kebutuhan Kasih

Saya pernah membaca sebuah artikel mengenai seorang wanita (Jacqueline Samuel) yang mengkampanyekan arti dan pentingnya sebuah pelukan untuk seseorang, sehingga ia menawarkan jasanya untuk memeluk orang lain.  Menurutnya, berpelukan itu menyehatkan secara spiritual dan menyenangkan.  Kliennya bermacam-macam.  Ada anak remaja, ada seorang suami yang ditinggalkan oleh istri nya, ada pula yang lansia.  Ia menamakan bisnisnya "The Snuggery" dan menetapkan tarif per jam nya US $60 atau sekitar Rp.575.000,00.  Ia bisa mendapatkan US $260 atau sekitar hampir 2,5 juta per harinya.

Terlepas dari kontroversi mengenai apa yang dilakukan perempuan berusia 29 tahun ini melanggar etika sosial dan pandangan miring masyarakat mengenai dirinya, namun saya mengambil sebuah kesimpulan, bahwa kebahagiaan seseorang tidak dapat diukur dari kekayaannya, maupun kesehatan fisiknya sekalipun.  Seseorang bahagia ketika kebutuhan emosionalnya terpenuhi.  Dan begitu pentingnya sebuah pelukan bagi setiap orang, mereka merasa tidak sendirian dan ada orang lain yang peduli mengenai masalah dan kehidupannya.  Sekuat apapun seseorang, mereka adalah manusia yang diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial yang butuh orang lain.


Demikian juga kita.  Tuhan tidak merancangkan kita untuk menjadi single fighter yang berjuang seorang diri dalam kehidupan kita.  Ada kalanya kita butuh orang lain untuk mengingatkan dan mendukung kita.  Kita butuh saudara seiman yang menguatkan di saat kita lemah, mengingatkan di saat kita mengambil jalan yang salah, menggandeng tangan kita saat kita menghadapi posisi yang sulit, mendorong kita di saat kita tidak lagi bersemangat.

Kita butuh sebuah komunitas yang memiliki kasih yang sempurna.  Sebuah komunitas yang mengerti kebutuhan kita, dan juga mengerti kebutuhan orang lain.  Agar bukan hanya saja anggota kelompoknya yang dikuatkan, namun juga menabur kasih dan berdampak bagi lingkungan sekitarnya, sehingga kasih agape dapat dirasakan oleh orang-orang di sekitar mereka.

Hari ini kita diingatkan lagi untuk mengasihi, bukan saja orang yang "seperjuangan" dengan kita, namun juga untuk mengasihi orang lain yang bahkan tidak pernah kita tahu bahkan nama dan rupanya sekalipun.  Jika Tuhan mempertemukanmu dengan orang-orang yang belum pernah ada di kehidupanmu sebelumnya, ingatlah, Ia sedang memberikan kesempatan kepadamu untuk menabur kasih yang kamu miliki bagi orang lain.  Kasih yang tanpa syarat, tanpa mengenal status sosial, keadaan, perasaan, dan bahkan kesan pertama sekalipun.  Karena kasih adalah sebuah keputusan, tanpa mengikutsertakan perasaan di dalamnya.