Search

25.8.11

Tetap Memikul Beban


“sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai.”
2 Tesalonika 2:13b

Seorang bapak kuli bangunan sedang berjalan mengangkut batu kali untuk dijadikan fondasi sebuah bangunan yang terletak sekitar beberapa kilometer dari kali tersebut.  Kemudian lewatlah sebuah mobil pengangkut brangkal yang kosong dalam perjalanan si bapak tersebut.  Melihat beratnya beban batu yang harus dipikulnya, sang supir menawarkan tumpangan kepada bapak tersebut untuk naik di atas mobil bak terbuka yang ia kemudikan.  Si bapak setuju, lalu kemudian menaiki mobil tersebut hingga sampai tempat kerjanya.
Ketika sampai di tempat kerja si bapak, sang supir kaget ketika melihat bapak tersebut tetap memanggul batunya di atas mobil baknya sepanjang perjalanan.  Pikirnya, lalu apa gunanya dia menawarkan tumpangan dengan maksud meringankan beban si bapak kuli tersebut?
Banyak orang Kristen yang telah mengenal Tuhan juga seperti bapak tadi.  Keselamatan itu telah diberikan kepada kita, orang-orang yang telah dipilihNya sejak semula.  Kebebasan atas dosa dan kehidupan masa lalu telah diberikan kepada kita.  Kita adalah orang-orang yang merdeka.  Namun seberapa sering kita tetap memanggul beban kekecewaan akan masa lalu dan kekuatiran kita akan masa depan kita?  Hal-hal tersebut membuat kita tidak dapat menikmati kasih dan membagikan kasih Allah kepada orang lain.  Betapa seharusnya kita bersyukur karena kita adalah orang-orang terpilih, tidak semua orang menerima anugrah ini.  Bagaimana cara kita mensyukurinya?  Mari hidup dalam kasih karunia yang telah Allah berikan pada kita, serta membagikan kasih itu kepada orang lain di sekeliling kita.
Kita telah menerima anugrah keselamatan secara Cuma-Cuma.  Maukah kita juga membagikannya kepada orang lain dengan Cuma-Cuma tanpa mengharapkan perlakuan balik dari orang lain?

TUHAN MEMBERIKAN KITA KEBEBASAN DAN KESELAMATAN SUPAYA KITA DAPAT MEMBAGIKAN KASIH ALLAH KEPADA ORANG LAIN.

Tahu Jalan Ceritanya

Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.
1 Yoh 4: 19

          Apa jadinya jika ketika kita berkenalan dengan seseorang yang belum pernah kita kenal sebelumnya, ada sebuah informasi lengkap yang kita dapatkan mengenai semua karakter dan kebiasaan jelek orang tersebut.  Selain itu kita juga dapat mengetahui kejadian apa yang akan terjadi dengan hubungan kita dengannya di masa depan.  Kira-kira, apakah kita akan tetap menjalin hubungan dengan orang tersebut dengan mengabaikan semua asumsi dan pikiran negatif kita tentang orang tersebut?  Apakah kita tetap dapat mengasihi dan berhubungan dengannya tanpa menjaga jarak?
Suatu hari, saya pernah melontarkan pertanyaan ini dalam hati: “Ketika Tuhan menciptakan manusia, pernahkah ia berpikir bahwa suatu saat manusia ciptaanNya akan mengecewakan dan mengkhianatiNya?”  Saya yakin, sebenarnya Tuhan sudah mengetahui peristiwa-peristiwa kejatuhan manusia di dalam dosa.  Namun, apa yang membuat Tuhan tetap menciptakan manusia?
Saya yakin karena kasihNya yang begitu besar atas manusia, sehingga Ia tetap mengasihi dan menerima kita, walaupun kita berkali-kali telah gagal.  Ketika Dia mengasihi kita, ia juga siap untuk mengampuni kita.  Itulah kasih yang Allah tunjukkan bagi kita untuk kita teladani.  Tuhan juga mau kita mengasihi sesama kita seperti kasih yang telah ditunjukkanNya untuk kita: walaupun kita belum mengenal Dia dan masih berdosa, dan memberikan kesempatan kepada kita setiap hari untuk melakukan yang terbaik, dan memberikan pengampunan lagi saat kita gagal, dan melupakan serta tidak mengingat lagi dosa yang sudah kita lakukan di masa lalu. 
Kita adalah orang-orang yang telah diampuni dan menerima kasih karunia.  Apakah kita juga sudah menjadi orang yang mengampuni dan memberikan "kasih karunia" untuk orang lain yang bersalah pada kita?

KETIKA KITA SIAP MENGASIHI, KITA HARUS SIAP UNTUK MENGAMPUNI.