Search

18.6.10

Mengenang Masa Lalu

Terkadang, kita emang ga pernah bisa nyangka apa yang akan terjadi hari ini dan besok... Waktu kita berjalan dan melangkah, terkadang kita terlalu terburu-buru.. Tak sempat melihat indahnya bunga di sebelah kiri dan kanan kita.. kita hanya selalu melihat ke depan.. Padahal di depan ternyata berujung pada jalan yang buntu... Pada saat itu, kita hanya bisa menyesal dan melihat ke belakang..

Masa lalu memang sudah terjadi dan tak pernah bisa kita perbaiki. Ini membuat aku belajar betapa berharganya sebuah keputusan.. Keputusan yang kuambil hari ini akan menentukan apakah aku akan bersyukur atau menyesal atas tindakan yang kubuuat.

Masa lalu hanya bisa dikenang.. entah itu masa lalu yang indah atau masa lalu yang mengharu biru.. Seseorang pernah memberi tahu saya, jangan pernah menyesal dengan keputusan yang kita buat.. Ya, mungkin benar juga.. Walaupun mungkin keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang salah, setidaknya kita belajar sesuatu..

Sering terpikir di benakku, seandainya aku dapat berbalik dan mengejar masa lalu itu.. seandainya dapat kuperbaiki sehingga menjadi lebih indah... Tapi.... jika aku berbalik dan menuju masa itu... aku akan kehilangan sesuatu yang terbaik, yang telah kulihat di depanku.. dia akan menjauh dan akhirnya menghilang..

Bagaimana pun dalam kesalahanku, aku banyak belajar tentang kehidupan. Dan aku tak perlu menyesal.. Sebaliknya, seharusnya aku bersyukur dan tersenyum mengenang masa lalu.. Meskipun dengan begitu, tak ada kenyataan yang berubah menjadi lebih baik. Tapi ada satu hal yang berubah: pola pikirku tentang hidup.

Yah... proses kehidupan memang menjadikan kita lebih dewasa.. apapun yang terjadi dalam hidup ini, harus disikapi dengan bijaksana.. lihat saja sisi positifnya.. pasti selalu ada.. ^^

For You Are Wonderfully Made by The Hand of God

Keberadaanmu di muka bumi bukan kebetulan. kelahiranmu bukanlah suatu kekeliruan atau kecelakaan, dan kehidupanmu bkn krn kecelakaan alam. Lm sblm kamu dikandung dalam rahim ortumu, kamu telah dikandung dalam pikiran Allah. Mula-mula Dia memikirkanmu. Dia menciptakan tubuhmu sesuai dgn yg dikehendakiNya. Dia juga menetapkan talenta alami yang akan km miliki dan keunikan kepribadianmu. Yg plg menakjubkan, Allah memutuskan BAGAIMANA kamu akan dilahirkan. Tanpa menghiraukan keadaan kelahiranmu atau siapakah orang tuamu, Allah mempunyai rencana dalam menciptakanmu. Tidak menjadi masalah apakah ortumu baik, buruk, atau acuh tak acuh. Allah tau dua individu itu memiliki susunan genetis yang tepat untuk menciptakan “kamu”, yang dipikirkanNya. Mereka memiliki DNA yg Allah inginkan untuk menciptakanmu. Allah tidak pernah melakukan apapun dgn tidak sengaja, dan Dia tidak pernah membuat kesalahan. Dia mempunyai alasan dalam menciptakan segala sesuatu. Allah memikirkan kamu bahkan sebelum dunia diciptakanNya. See? Betapa Allah sangat mengasihi dan menghargaimu...

Mazmur 139
13 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
14 Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
15 Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;
16 mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

Bahagia vs. Sukacita

Ada perbedaan antara bahagia dan sukacita. Terkadang saya berkata, "Saya bahagia.", tetapi itu tidak selalu benar, jika kebahagiaan saya masih bergantung pada emosi dan keinginan dan kehendak saya sendiri.

Sukacita tidak bergantung pada hal-hal yang tidak saya sukai atau harapkan. Sukacita adalah keputusan atau sesuatu yang terjadi karena menaati kehendak Tuhan dalam hidup saya, sekalipun itu tidak sesuai dengan keinginan, kehendak, bahkan kedagingan saya sendiri.

Saya bahagia, karena saya telah belajar menaati kehendak Tuhan, meskipun terkadang berlawanan dengan kehendak saya sendiri. Saya tau, Tuhan sedang mengajarkan saya menjadi wanita bijak kepunyaanNya. Saya hanya percaya, ketika saya mengikuti kenhendakNya, Tuhan akan memberikan kasih karuniaNya pada saya untuk menikmatinya, dan saya akan hidup berbahagia. Itulah sukacita sejati yang datang dari Tuhan, yang memampukan kita menghadapi ujian kehidupan saya sehari-hari.

Mengapa Mengeluh?

Suatu kali, di tengah rutinitas dan kesibukan aktivitas saya, saya mengeluh dan berpikir dalam hati, “Ah, untuk apa semua ini? Kalau pada akhirnya saya mati? Untuk apa saya hidup, sibuk dengan segala pekerjaan, berusaha meraih kesuksesan, jika pada akhirnya saya hanya akan terdidur di sebuah kotak peti mati berukuran 1X2 meter?”

Lebih jauh lagi saya berpikir, mengapa saya harus ada di dunia ini, kalau toh pada akhirnya mati juga? Mengapa saya harus mengalami segala macam masalah, untuk berusaha saya selesaikan, namun kemudian semua itu takkan ada gunanya?

Pertanyaan itu begitu mengganggu saya selama bertahun-tahun hingga pada akhirnya saya menemukan jawabannya.

Sore itu, sepulang kerja, saya mampir ke sebuah cafe langganan saya. Di sana saya selalu menghabiskan waktu sepulang kerja bersama teman-teman kantor, hingga jalanan mulai sepi setelah jam pulang kantor berakhir. Kali ini saya hanya datang sendiri.

“Mana yang lain?”, tanya seorang pelayan yang selalu melayani kami ketika kami datang ke cafe itu. “Sudah pada pulang.”, jawabku sambil menjatuhkan diri ke sofa empuk biasa kami duduk. “Mau cappucinno lagi? Atau mau coba menu baru kita?”, dia menawarkan buku menunya untukku. Karena sudah sering datang ke sana, saya sudah hafal semua menu nya. “Apa?”, tanyaku lumayan tertarik. Dia membuka halaman pertama buku menu, lalu menyodorkannya padaku, “Black Sweet Tea.”. “Kaya apa rasanya?” Dia hanya tersenyum, “Mas bakal tau sendiri kalo Mas nyoba. Gimana Mas? Saya rasa Mas pasti suka!”. “Boleh deh.”, aku terima tantangannya. “Oke, tunggu 15 menit ya Mas.”, lalu dia menghilang dari pandanganku.

Dari tempat aku duduk, aku bisa melihat keadaan jalanan yang masih semerawut di luar sana. Langit sudah mulai gelap, ditambah awan mendung yang menyelimuti langit, membuat aku semakin enggan untuk cepat pulang. Lebih baik aku di sini sejenak, melepas lelah sepulang kerja, melupakan semua masalah yang membebani kepalaku.

Namun tak secepat itu aku dapat melupakannya. Kembali aku teringat pada masalah di kantor, di rumah, tentang masa depanku.... Ah.. semuanya begitu rumit dan membuatku pusing. Mungkin secangkir teh yang tadi aku pesan dapat membantuku menghilangkannya sementara dari kepalaku.

Tak lama, pesanan minumanku datang. Pelayan tadi menyuguhkan menu baru rekomendasinya di hadapanku, “Silakan.”, katanya. Dan dia berdiri di sebelahku, sampai aku menyentuh cangkir itu, meneguknya, dan merasakan rasanya. Penasaran mungkin.

Aku menyeruput tegukan pertama. Hmm.. rasanya...... entahlah.. Unik. Spontan, mimik mukaku berubah. “Gimana, Mas?”, tanya pelayan itu, tertarik. “Lumayan...”, entah kenapa itu yang keluar dari bibirku, “Ini dibuat dari apa aja?” “Jadi itu teh yang kita racik sendiri, trus dikasih simple syrop, lalu kita campur kopi pahit. Kira-kira begitu, Mas.” Aku mengangguk saja pura-pura mengerti. “Kenapa Mas yakin saya bakal suka?”, tanyaku heran.

Lalu dia menjelaskan, “Wah.. saya juga kurang ngerti, Mas. Tapi ga tau kenapa, saya pengen Mas coba minuman lain selain yang selalu Mas pesen di sini. Dan ga tau kenapa juga, saya begitu yakin Mas bakal suka.” Aku mengangguk lagi. Aneh juga. Memang sih, rasanya unik. Seperti minum teh manis dicampur kopi tubruk. Tapi entah kenapa, ada sensasi lain saat aku meminumnya. Percampuran yang bertolak belakang, antara manis dan pahit, ternyata bisa berkolaborasi menjadi sebuah perpaduan rasa yang unik sekaligus enak.

“Yang bikin menu ini pernah bilang ke saya kaya gini, Mas : Akhirnya aku bisa bikin sebuah minuman yang aku banget. Minuman ini seperti sebuah kehidupan. Ada manis, dan ada pahit. Ketika pahit itu hilang, yang ada hanya manis yang terlalu giung, namun ketika manis itu hilang, tak ada lagi semangat untuk tetap hidup dan mencari rasa manis itu.” “Saya juga kurang ngerti maksudnya, Mas. Dia emang suka berfilosofi. Tapi ya mungkin ada benernya juga ya, Mas. Hidup ini, ga pernah lepas dari masalah, begitu menurut saya, Mas.” Aku mengangguk lagi. Namun kali ini, aku merenungkan perkataannya tadi.

“Eh, maaf Mas, saya mau melayani tamu yang lain. Saya tinggal dulu ya, Mas. Permisi.”, dia pamit. “Oh, iya, silakan.”

Hmm... Benar juga. Tanpa masalah, apalah artinya hidup. Semuanya baik-baik saja, tak ada lagi yang harus diperjuangkan. Untuk apa hidup ini. Namun jika masalah seperti datang tak berhenti dalam hidup ini, rasanya seperti ingin mengakhiri hidup ini secepatnya.

Tapi, pada akhirnya, saya masih hidup sampai hari ini. Masalah-masalah yang dulu saya anggap tak ada jalan keluarnya, akhirnya terpecahkan, dan saya telah melewatinya. Lalu, jika demikian, mengapa saya harus mengeluh ketika ia datang?

17.6.10

Do You Still Praying?

Pernah lihat seorang anak kecil yang menangis keras-keras di tengah kerumunan orang banyak karena ia merengek-rengek dan meminta permintaannya dipenuhi oleh ibunya?  Saya terkadang merasa geli saat melihat kelakuan anaknya.  Mungkin saya juga seperti itu saat saya kecil  Lihat ibunya.  Di saat seperti itu, dia pasti kebingungan dan hati kerasnya mulai luluh untuk mengabulkan permintaan anaknya.

Yah..namanya juga anak kecil.  Tapi begitulah dia.  Terkadang kita harus belajar pada kegigihan dan ketekunan seorang anak kecil.  Dia tidak akan pernah berhenti berusaha (dengan cara apapun) untuk menggugah hati ibunya.

Begitu pula dengan sistemnya Allah.  Pengharapan, kesetiaan, dan ketekunan, semuanya diperhitungkan oleh Allah.  Ia terkadang seakan "membiarkan" kita untuk terus berdoa tanpa ada kepastian mengenai jawaban doa.  Ia seakan tak mendengar dan menggubris apa yang sedang kita gumulkan di dalam doa.

Lukas 18:1-7 menceritakan sebuah perumpamaan yang dikatakan Yesus untuk menegaskan bahwa kita harus tetap berdoa dengan tidak jemu-jemunya.  Dalam kisah tersebut, diceritakan seorang janda yang selalu ditekan dan tidak diperhatikan haknya oleh masyarakat sekitar, menghadap untuk meminta pertolongan seorang hakim yang tidak takut akan Tuhan.  Walaupun pada awalnya sang hakim tidak menggubris permintaannya, namun karena janda itu menyusahkan hatinya (ay. 5) dengan terus menerus menemui dia, maka pada akhirnya hakim tersebut menolongnya juga.  

Tuhan menegaskan, ""Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!  Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"  Jika janda tersebut saja akhirnya bersedia ditolong oleh sang hakim yang jahat dan tidak mengenal Allah, apalagi kita sebagai orang-orang pilihan Allah.  Dia pasti akan mendengar semua seruan hati kita.

Namun terkadang Tuhan seakan mengulur-ulur waktu untuk menjawab doa-doa kita.  Tidak.  Tuhan tidak sedang mengulur-ulur waktu.  Tuhan sedang membentuk dan memproses karakter kita.  Tuhan mau kita menjadi setia di dalam doa.  Tuhan melihat sikap hati kita yang terus menerus gigih untuk tetap berdoa, walaupun kita tidak melihat jawaban doa-doa kita.  Doa adalah sebuah perjalanan yang akan menghasilkan sebuah karakter.  

Jawaban doa bukanlah mengenai apa yang kita minta kepada Tuhan, tetapi tentang sikap hati kita saat kita berdoa.  Ketika apa yang kita doakan sesuai dengan kehendak dan waktunya Tuhan, percayalah bahwa tidak ada yang sia-sia dari jam-jam doa kita.  Tidak sia-sialah air mata kita.  Ketika kita menggedor pintu surga dengan doa-doa tekun kita setiap hari, itu akan menggugah hati Tuhan untuk memberikannya sesuai dengan waktuNya yang tepat.

Lalu, sampai kapankah kita harus berdoa?  Berdoalah sampai sesuatu terjadi dalam hidupmu.  Kadang tidak selalu apa yang kita doakan terjadi sesuai dengan apa yang kita harapkan, namun ketika Tuhan menjawab doa, percayalah bahwa Tuhan memberikan yang terbaik untuk hidupmu.  Dia tau yang terbaik.  Dia adalah pemegang hidupmu.

Matius 7:7&11
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu."
"Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." 

 Tidak ada yang mustahil ketika kita tetap berdoa.  Karena Tuhan telah berjanji, barangsiapa meminta, ia akan mendapat.  Tuhan adalah Allah yang terlalu besar untuk tidak menjawab doa-doa kita.  Tuhan tidak pernah lupa menjawab doa.  Hanya, Dia ingin membentuk dan memproses karakter kita serupa dengan Dia.

So.. Do you still praying?

10.6.10

Mengasihi Saat Dikecewakan

Bukan hal mudah untuk tetap tersenyum saat dikecewakan... Yang lebih susah lagi, senyum itu adalah senyum tulus dari hati, bukan sekedar melengkungkan bibir dan mimik muka semata..

Dalam hidupmu, mungkin Tuhan mengizinkan orang lain melukai hatimu.. Seakan kamu ingin menyelesaikan semuanya, namun itu di luar jangkauanmu. Saat itu yang bisa kamu lakukan adalah dua pilihan ini: menangis di sudut kamar dan tenggelam dalam kesedihanmu, atau mencoba bangkit dan mengasihinya dengan kekuatan Allah.

Besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya. Saat hatimu mungkin "terluka" sebenarnya ia tidak "terluka", karena Tuhan menjaga hatimu tetap aman dalam naunganNya. Hatimu hanya lah sedang digesek dan ditajamkan lebih lagi.

Seakan kamu merasa menyerah dengan semuanya, pernahkah kamu berpikir untuk lari dari masalahmu? Ketahuilah bahwa di sudut manapun di dunia ini, masalah tidak akan pernah bersembunyi darimu. Yang seharusnya kamu lakukan adalah mengubah responmu terhadap masalah tersebut.