Search

21.3.10

Memaafkan Tanpa Melupakan

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Roma 8:28 

Saat teman saya bercerita betapa sakitnya dikecewakan oleh orang terdekatnya, saya ingat sekali, waktu itu saya berkata, “Sudahlah, lupakan saja. Ayo belajar mengampuni. Jangan diingat lagi.” Begitu mudahnya memang untuk hanya sekedar mengatakan kata-kata penghiburan itu. 

Suatu hari, Tuhan membiarkan saya untuk mengalami hal yang serupa. Dan saya mengalami betapa susahnya untuk melupakan kejadian itu. Ya, mungkin saya memaafkannya. Namun saya berargumen dalam diri saya, bahwa sulit bagi saya untuk mengasihinya kembali seperti tidak ada apa-apa di antara kami. Sulit untuk membangun kepercayaan dan menerimanya kembali menjadi saudara yang terkasih dalam Tuhan. 

Setiap kejadian, baik itu manis atau pahit, menyenangkan atau tidak, baik atau buruk, apapun yang telah terjadi dalam kehidupan kita, sudah terekam dalam memori dan ingatan kita, tanpa dapat kita melupakannya. Namun, ada satu hal yang Tuhan ingatkan, bahwa yang bisa kita lakukan bukanlah melupakannya, namun mengingatnya dengan sudut pandang yang baru, sudut pandang Allah. 

Ketika Yusuf dibuang oleh saudara-saudaranya ke Mesir, kehidupan Yusuf mengalami hari-hari yang sulit. Namun apa yang membuatnya tetap bertahan hingga akhirnya Tuhan angkat dia menjadi orang paling penting di Mesir saat itu? Yusuf tidak menaruh dendam kepada saudara-saudaranya. Bahkan ia dapat berkata, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” Wow! Yusuf melihat masa lalunya dari sudut pandang Allah. Ia percaya bahwa apapun yang terjadi dalam kehidupannya, Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan sebuah kebaikan. Itulah yang membuat Yusuf dapat menerima kembali saudara-saudaranya dengan kasih Allah. Yusuf telah menyerahkan kehidupannya kepada Allah, sehingga ia tidak perlu kuatir bagaimana jika pengampunannya disalahgunakan oleh saudara-saudaranya dan takut bahwa suatu saat nanti mereka dapat melakukan hal yang sama lagi kepada Yusuf. Biarlah itu menjadi bagian Tuhan. Karena bagian Yusuf hanyalah taat dan melakukan kehendak BapaNya. 

Ternyata, kita dapat mengampuni tanpa melupakan kejadian yang membuat kita kecewa. Hanya, Tuhan ingin kita memandangnya dari sudut pandang Allah. Apapun yang terjadi dalam kehidupan kita seizin Tuhan. Kita seharusnya tidak perlu kuatir jika kejadian yang sama terulang lagi. Justru, Tuhan memakai setiap kejadian untuk membentuk kita semakin serupa Kristus. 


MEMAAFKAN BUKAN BERARTI MELUPAKAN TETAPI MEMANDANGNYA DARI SUDUT PANDANG ALLAH. 

(inspired by Renungan Harian Yayasan Gloria 13 Desember 2009)